Trisula mengerek harga jual produk 10%-11%



JAKARTA. Peritel fesyen PT Trisula International Tbk akhirnya menaikkan harga jual produk mereka sebesar 10% -- 11% tahun ini. Emiten berkode saham TRIS ini terpaksa mengerek harga jual lantaran beban perusahaan cenderung meningkat.

Aneka beban itu antara lain kenaikan tarif dasar listrik, upah buruh dan service charge di sejumlah pusat belanja, lokasi gerai Trisula. "Kami terpaksa mengerek harga jual untuk mengurangi beban biaya produksi perusahaan," ucap Presiden Direktur Trisula International, Lisa Tjahjadi, belum lama ini.

Meski harga jual naik, manajemen Trisula optimistis dapat memenuhi target penjualan di sepanjang tahun ini sebesar Rp 670,67 miliar. Jumlah ini tumbuh 20% dibandingkan penjualan selama tahun lalu. Sedangkan proyeksi laba bersih Trisula tumbuh 14% hingga 15% year-on-year (YoY) menjadi Rp 34,45 miliar hingga Rp 34,75 miliar.


Demi menggenjot kinerja keuangan, Trisula ingin membangun 40 gerai baru pada tahun ini. Hingga akhir tahun lalu, Trisula memiliki sebanyak 230 gerai dan memasarkan produk dengan merek Jack Nicklaus, JOBB, G2000, Man Club, dan UniAsia.

Trisula juga memproduksi garmen untuk Hush Puppies, Aoki Aoyama, Cecile, Konaka, Nagasakiya, Xebio, dan lain-lain. Dengan tambahan 40 gerai, hingga akhir tahun ini, total gerai Trisula bakal mencapai 270 unit. Sebagian besar gerai berada di wilayah Jabodetabek.

Penetrasi gerai Trisula di wilayah Jabodetabek saat ini mencapai 64%, diikuti Jawa Timur (10%), Sumatra (10%), Jawa Barat (6%), Jawa Tengah (4%), dan wilayah Indonesia Timur (6%).

Demi menyokong aksi korporasinya, Trisula menyiapkan belanja modal Rp 60 miliar. Dana itu akan dipakai untuk menambah gerai dan mendatangkan setidaknya dua merek baru tahun ini.

Direktur Ritel Trisula International, Rudolf Simarmata, menambahkan, kenaikan harga tak akan mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap produk Trisula. Apalagi, industri ritel fashion di Indonesia tumbuh 40% saban tahun. "Melihat kondisi makro ekonomi di pasar domestik yang bagus, kelas menengah yang terus bertumbuh, kami yakin penjualan tidak akan goyah," kata dia.

Strategi lain Trisula untuk mengerek penjualan adalah meningkatkan produktivitas dan kemampun para karyawan. Setiap pekerja dilatih untuk menjual produk kepada konsumen dengan tepat. "Karena ujung tombak penjualan adalah para pelayan," ucap Rudolf.

Trisula memiliki lima anak usaha. Sebagian besar pendapatannya berasal dari penjualan ekspor, dengan kontribusi 86% dari total penjualan. Adapun lini usaha ritel menyumbang 14% total pendapatan. Tahun ini, TRIS akan meningkatkan kontribusi ritel menjadi 20%. Selama tahun lalu, penjualan ritel Trisula di pasar domestik tumbuh 40% dan penjualan ekspor naik 14%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro