JAKARTA. Produsen sekaligus pedagang garmen PT Trisula International Tbk (TRIS) berencana menambah 30 gerai ritel baru sampai tahun ini. Penambahan gerai untuk mengejar target penjualan tahun ini senilai Rp 800 miliar. Marcus Harianto Brotoatmodjo, Sekretaris Korporasi TRIS, mengatakan, sampai Agustus lalu, jumlah gerai Trisula mencapai 282 unit. "Ada penambahan enam gerai sampai Agustus 2014 menjadi 282 unit," kata Marcus kepada KONTAN, pekan lalu. Jika penambahan 30 gerai terealisasi tahun ini, perusahaan ini bakal memiliki total 310 unit gerai sampai penghujung tahun. Adapun lokasi gerainya tersebar di kota besar dan mayoritas di Pulau Jawa terutama Jabodetabek. Namun Marcus enggan menjelaskan nilai investasi penambahan gerai ini.
Walaupun ada penambahan puluhan gerai baru, Trisula baru bisa menikmati hasilnya secara optimal paling cepat tahun depan. "Efektivitas penjualan di gerai tersebut akan lebih optimal setelah 1 tahun–1,5 tahun beroperasi," tandas Marcus. Alhasil, sumber utama pendapatan perusahaan ini berasal dari pendapatan gerai yang sudah ada plus gerai yang dibuka pada tahun lalu. Setidaknya ada 46 gerai baru yang berdiri sepanjang 2013 dan berhasil menyokong penjualan perseroan periode Januari–Juni 2014. Pada semester I-2014, Trisula mencatat penjualan Rp 351,45 miliar atau naik 10,77% dari periode yang sama tahun lalu Rp 317,29 miliar. "Pertumbuhan pendapatan karena penjualan gerai yang dibuka tahun lalu sudah optimal tahun ini," jelas Marcus. Portofolio penjualan perseroan berasal dari ekspor garmen senilai Rp 273,08 miliar. Angka ini tumbuh 4,6% dari periode yang sama tahun lalu Rp 261,05 miliar. Adapun penjualan dalam negeri tercatat Rp 78,37 miliar, tumbuh 39,37% dari periode yang sama tahun lalu Rp 56,23 miliar. Sebagai gambaran, lini penjualan TRIS terbagi menjadi dua, yaitu: penjualan garmen langsung dan penjualan garmen lewat ritel. Trisula memiliki tujuh merek (
brand) yang terdiri dari empat brand global dan tiga merek lokal yang dijual di gerai ritel mereka. Sejumlah brand global yang dipegang perusahaan ini adalah Jack Spicklaus, G2000, Bonds dan Hallmarks. Sedangkan merek lokal adalah Jobb, Uni Asia, dan Man Club. Sejauh ini, penjualan ritel menyokong 16% total penjualan perusahaan, sementara 84% ditopang penjualan garmen. Seluruh pemasukan dari penjualan ritel berasal dari Indonesia, dan 90% penjualan garmen merupakan hasil ekspor ke Amerika Serikat (AS), Korea, Jepang, dan Eropa. Meski mencatat pertumbuhan pendapatan di paruh pertama tahun ini, laba bersih perusahaan justru terkoreksi tipis. Pada semester I-2014, laba perusahaan ini tercatat sekitar Rp 14,52 miliar, turun 13,15% dari periode yang sama tahun lalu Rp 16,72 miliar.
Penurunan laba ini merupakan akibat naiknya beban pokok penjualan sebesar 10,23% menjadi Rp 262,79 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu nilainya Rp 238,40 miliar. Adapun nilai pendapatan Trisula sepanjang semester I-2014 mencapai sekitar 43,93% dari target tahun ini yang senilai Rp 800 miliar. Walau target penjualan masih jauh, tapi Marcus optimistis TRIS bisa mencapainya. "Semester satu belum 50% dari target karena belum menghitung penjualan Lebaran," jelas dia. Saat ini, perusahaan memiliki tiga unit pabrik berkapasitas 5 juta pieces di Bandung. Utilitas pabrik itu kini sudah mencapai 90%–100%. Perusahaan ini menggunakan kain tenun bahan baku impor dan dari dalam negeri. "Ada yang konsumen butuh kain tenun impor ada juga yang menggunakan dari dalam negeri," ujar Marcus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia