Trump akan bertemu Xi setelah China membalas kenaikan tarif AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemarin mengatakan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping bulan depan. Trump yang mengutamakan proteksionisme lewat agenda America First ini akan bertemu dengan Xi pada pertemuan puncak G20 pada akhir Juni.

Trump mengatakan, mungkin akan terjadi sesuai. "Kami akan bertemu di KTT G20 di Jepang, dan saya pikir pertemuan ini mungkin akan menghasilkan sesuatu," kata Trump di Gedung Putih, Senin (13/5).

Kemarin, China mengumumkan akan menerapkan tarif lebih tinggi untuk sejumlah produk dari AS, termasuk sayur beku dan gas alam cair. Tarif impor yang akan berlaku antara 5% hingga 25% untuk 5.140 produk dengan nilai US$ 60 miliar.


Tarif baru ini akan berlaku mulai 1 Juni. "Penyesuaian China pada tarif tambahan ini merupakan respons terhadap unilateralisme dan proteksionisme AS," ungkap Kementerian Keuangan China dalam pernyataan yang dikutip Reuters.

Dalam pernyataan yang sama, China berharap AS kembali ke jalur konsultasi perdagangan dan ekonomi bilateral. Di antara dua hari negosiasi dagang pekan lalu, AS menaikkan tarif US$ 200 miliar impor China dari 10% menjadi 25%.

Kantor perwakilan dagang AS mengatakan akan menggelar dengan pendapat publik bulan depan untuk kemungkinan kenaikan bea masuk hingga 25% atas impor dari China senilai US$ 300 miliar yang belum terkena tarif tinggi. Telepon seluler dan laptop masuk dalam daftar ini. Tapi, produk farmasi akan dikecualikan.

Prospek perang dagang yang makin panas ini bisa mengguncang ekonomi global. Perseteruan dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini menimbulkan kekhawatiran investor. Wall Street merosot lebih dari 2% pada perdagangan Senin.

Dalam pernyataan kemarin, Trump mengatakan pemerintah AS akan membantu petani untuk menyediakan bantuan US$ 15 miliar. Para petani merupakan konstituen utama Trump menjelang pemilihan presiden dan kongres tahun 2020.

Penjualan kacang kedelai ke China tahun lalu merosot akibat adanya perang dagang ini. Para petani pun frustrasi dengan pembicaraan dagang yang belum juga rampung. "Bagi petani kedelai, kami kalah," kata Davie Stephens, presiden American Soybean Association dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, para ekonom dan konsultan industri mengungkapkan bahwa konsumen yang akan menderita akibat perang dagang ini. Konsumen akan membayar lebih mahal untuk produk-produk yang terkena tarif.

Dalam catatan riset, para ekonom Goldman Sachs mengatakan bahwa bukti baru biaya tarif impor yang ditetapkan AS terhadap China tahun lalu sepenuhnya ditimpakan kepada pebisnis dan rumah tangga AS. Para ekonom ini menambahkan bahwa efek tarif merambat ke harga yang dikenakan oleh produsen lokal AS yang bersaing dengan barang yang terkena kenaikan tarif.

Editor: Wahyu T.Rahmawati