KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kamis (1/3), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan, pemerintahannya akan memberlakukan tarif impor baja dan aluminium pada awal minggu depan. Ini merupakan sebuah langkah kontroversial yang diambil Trump terkait dengan kebijakan keamanan ekonomi dan nasional. Trump menjelaskan, AS akan mengenakan tarif 25% untuk impor baja dan tarif 10% untuk aluminium dengan tujuan menopang industri yang sedang tengah mengalami kesulitan. Keputusan ini sekaligus mengakhiri debat internal yang cukup panjang karena berlangsung selama berbulan-bulan sehingga pada akhirnya menyebabkan perpecahan pada penasihat utama Presiden. Langkah tersebut kemungkinan akan mengundang tindakan balasan dari negara-negara asing, dan meningkatkan momok perang dagang antara AS dan beberapa negara penghasil baja lainnya.
Belum jelas apakah tarif akan dihapus ke depannya dan apakah Trump akan mengikuti saran dari penasihat keamanan nasionalnya dan membebaskan beberapa negara dari tarif untuk menghindari terpukulnya ekonomi negara-negara aliansi AS yang memproduksi baja. Trump mengumumkan langkah tersebut dalam sebuah pertemuan yang diatur secara mendadak dengan para eksekutif baja dan aluminium, walaupun kebijakan yang dia umumkan belum siap untuk segera dilaksanakan, apalagi disusun sepenuhnya. Dia mengakui bahwa kebijakan tersebut sedang "ditulis saat ini." "Kami akan menandatanganinya minggu depan dan Anda akan memiliki waktu yang cukup lama untuk melakukan proteksi. Anda harus menata kembali industri Anda, hanya itu yang saya minta. Apa yang telah dijalankan dan berlangsung selama berpuluh-puluh tahun adalah tercela, ini memalukan," kata Trump. Tarif yang diberlakukan kemungkinan besar merupakan kebijakan perdagangan yang paling substantif dan meluas yang telah dilakukan Trump sampai saat ini, sekaligus menunaikan janji kampanyenya. Namun pengumuman tersebut juga membuat pasar saham jatuh, di mana indeks Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan hingga 500 poin pada jam-jam pertama setelah pengumuman tersebut. Rencana tersebut juga mendapat kritik keras dari produsen produk AS yang menggunakan baja dan aluminium. Mereka berpendapat, pemberlakuan tarif tersebut dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dalam operasi mereka dan kenaikan harga di tingkat konsumen. Dalam beberapa pekan terakhir, anggota parlemen dari Partai Republik sudah mendesak Trump untuk mempertimbangkan kembali posisinya. Trump juga diingatkan bahwa meski kebijakannya tersebut akan mendorong produsen baja dan aluminium AS, namun hal itu akan menyebabkan meningkatnya biaya bagi konsumen material tersebut dan memukul beberapa manufaktur lain yang seharusnya juga dilindungi.
Sebelumnya pada Rabu (28/2), pengacara di Kantor Penasihat Gedung Putih dan Kantor Penasihat Hukum Departemen Kehakiman menjelaskan kepada staf kebijakan bahwa mereka memerlukan lebih banyak waktu -mungkin beberapa minggu lagi- untuk mengubah rekomendasi Departemen Perdagangan menjadi sebuah proklamasi (pengumuman ke publik) terkait peraturan pemberlakuan tarif impor baja dan aluminium yang diputuskan Trump. "Mungkin dia ingin membuat proklamasi, tapi pengumumannya belum siap. Tanpa proklamasi, hal ini tidak memiliki kekuatan hukum," jelas seorang pejabat Gedung Putih. Kemudian pada Kamis pagi, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa belum ada rencana untuk melakukan proklamasi dan seorang pejabat Gedung Putih lainnya mengatakan, diskusi mengenai proklamasi tarif baja dan aluminium masih "maju mundur". Sementara itu, Trump terus berkoar mengenai hal ini di akun Twitternya."
Industri Baja dan Aluminium kita (dan banyak lainnya) telah hancur akibat kebijakan perdagangan yang buruk dan tidak adil selama bertahun-tahun dengan negara-negara dari seluruh dunia. Kita tidak boleh membiarkan negara, perusahaan dan pekerja diperas lagi. Kita menginginkan PERDAGANGAN YANG BAIK, ADIL dan CERDAS!"
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie