KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Bitcoin (BTC) diprediksi mampu menembus level US$ 100.000 di sisa tahun 2024. Katalis positif dari Trump dan potensi pemangkasan suku bunga acuan bakal mendukung prospek aset digital tersebut. Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin memandang, prospek bitcoin menembus level US$ 100.000 di sisa tahun ini cukup terbuka. Proyeksi itu karena mempertimbangkan tren adopsi investor institusi yang berpotensi dapat semakin berkembang. ‘’Terlebih apabila perusahaan seperti Microsoft memutuskan untuk turut mengadopsi Bitcoin,’’ kata Fahmi kepada Kontan.co.id, Kamis (28/11).
Fahmi menambahkan, kejelasan lebih mengenai regulasi aset kripto di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi faktor krusial yang akan sangat diperhatikan oleh investor. Dari sisi proyek crypto sendiri, semakin meningkatnya adopsi aplikasi-aplikasi terdesentralisasi akan menjadi indikasi positif untuk fase
bullish yang lebih panjang, begitu juga sebaliknya.
Baca Juga: 3 Kesalahan Investasi yang Bisa Mengacaukan Masa Pensiun Menurut Warren Buffett Selain itu, outlook kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung mixed juga besar kemungkinan menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan investor. Pasalnya, data terkait inflasi bakal menentukan arah dari tren pemangkasan suku bunga yang turut berpengaruh bagi harga aset kripto. ‘’Potensi akan adanya penurunan suku bunga pada FOMC Desember sebesar 25 bps, menurut kami juga masih cukup terbuka di tengah outlook yang cenderung cukup mixed saat ini,’’ ujar Fahmi. Dia menyoroti bahwa pemilu AS dan berlanjutnya tren penurunan suku bunga memegang peranan penting di balik performa gemilang Bitcoin di bulan November. Di samping itu, kondisi pasar memang secara siklus besarnya sudah memasuki periode reli utama pada siklus
bullish yang ada. Adapun kenaikan harga Bitcoin di bulan November sekitar 36% yang sempat menyentuh level US$99.000 pada 23 November lalu. Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi keempat setelah November 2013 dengan kenaikan bulanan 449%, November 2017 sebesar 53%, dan November 2020 sebesar 43%.
Baca Juga: Penambang Bitcoin Mendekati Kapitalisasi Pasar US$40 Miliar, Ini Faktor Pendorongnya Fahmi melihat, secara
timeframe yang lebih panjang, tren bullish Bitcoin masih terlihat solid. Namun melalui indikator
moving average (MA) terlihat adanya cross antara MA5 dan MA10 dalam chart 1D yang mengindikasikan potensi koreksi dari titik saat ini sekitar US$95.600 yang mungkin akan berlangsung hingga akhir tahun ini. ‘’Akan tetapi, sinyal yang terbentuk tersebut masih sangat awal dan berpotensi dapat berubah seperti yang terjadi pada 4 November lalu,’’ kata Fahmi.
Mengutip Coinmarketcap, Jumat (29/11) pukul 14.15 WIB, harga Bitcoin berada di level U$ 96.312. Dalam sebulan terakhir, BTC sudah naik sekitar 33%, namun harga terkoreksi sekitar 2,67% untuk periode sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati