KONTAN.CO.ID - Dalam unggahan media sosial yang panjang, Donald Trump menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, sembari merujuk pada keruntuhan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Mengutip
Newsweek, presiden AS terpilih itu menyampaikan pernyataan tersebut dalam unggahan di media sosial miliknya -Truth Social- pada Minggu (8/12/2024) pagi. Trump berpendapat bahwa Rusia berada dalam kondisi yang lemah akibat perang Ukraina dan mengatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ingin membuat kesepakatan dan menghentikan 'kegilaan' ini.
Mengingatkan saja, pada Sabtu malam dan Minggu pagi, pemberontak Suriah menyerbu ibu kota negara mereka, Damaskus, saat rezim Presiden Assad yang berusia 24 tahun dilaporkan runtuh. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump berkomentar: "Assad sudah pergi. Ia telah meninggalkan negaranya. Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak lagi tertarik untuk melindunginya. Tidak ada alasan bagi Rusia untuk berada di sana sejak awal. Mereka kehilangan semua minat di Suriah karena Ukraina, tempat hampir 600.000 tentara Rusia terluka atau tewas, dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai, dan dapat berlangsung selamanya."
Baca Juga: Rezim Suriah Bashar al-Assad Runtuh, Assad Kabur, Damaskus Dikuasai Pemberontak Trump juga bilang, "Rusia dan Iran sedang dalam kondisi yang lemah saat ini, satu karena Ukraina dan ekonomi yang buruk, yang lain karena Israel dan keberhasilannya dalam pertempuran. Begitu pula, Zelensky dan Ukraina ingin membuat kesepakatan dan menghentikan kegilaan ini. Mereka telah kehilangan 400.000 tentara, dan lebih banyak lagi warga sipil."
Trump menyimpulkan: "Seharusnya ada gencatan senjata segera dan negosiasi harus dimulai. Terlalu banyak nyawa yang terbuang sia-sia, terlalu banyak keluarga yang hancur, dan jika terus berlanjut, ini dapat berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, dan jauh lebih buruk. Saya mengenal Vladimir dengan baik. Inilah saatnya baginya untuk bertindak. Tiongkok dapat membantu. Dunia sedang menunggu!" Menurut kantor berita milik negara Rusia
TASS, Dmitry Peskov, sekretaris pers Putin, membantah angka korban yang dikutip oleh Trump, yang kini memiliki akses ke pengarahan intelijen AS yang sensitif. "Mengenai angka yang dikutip [Trump] tentang kerugian di kedua belah pihak, jelas bahwa angka-angka tersebut disajikan dalam interpretasi Ukraina dan mencerminkan posisi resmi Ukraina. Angka kerugian yang sebenarnya sangat berbeda: kerugian Ukraina berkali-kali lipat lebih tinggi daripada kerugian di pihak Rusia," jelas Peskov.
Baca Juga: Pemberontak Suriah Serbu Aleppo, Bandara dan Jalan Ditutup Editor: Barratut Taqiyyah Rafie