KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim bahwa militer AS telah menyerang sebuah dermaga di Venezuela yang digunakan untuk memuat kapal-kapal dengan narkoba. Serangan ini menandai aksi darat pertama AS di negara Amerika Latin tersebut sejak kampanye tekanan Washington terhadap Caracas digencarkan empat bulan lalu. Pengumuman Trump disampaikan pada Senin (30/12/2025), bersamaan dengan konfirmasi militer AS yang melaksanakan serangan lain terhadap kapal narkoba di Samudra Pasifik bagian timur, yang menewaskan sedikitnya dua orang.
Baca Juga: Militer AS Serang Kapal Narkoba di Pasifik Timur, Delapan Orang Tewas Dalam wawancara radio Jumat lalu, Trump pertama kali menyinggung serangan di Venezuela. Saat ditanya wartawan tentang ledakan di negara itu, Trump menyatakan bahwa AS menarget fasilitas tempat kapal-kapal memuat narkoba. “Ada ledakan besar di dermaga tempat mereka memuat kapal dengan narkoba,” kata Trump saat bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Florida. “Mereka memuat kapal dengan narkoba, jadi kami menghantam semua kapalnya, dan sekarang kami juga menghantam wilayah itu. Itu adalah lokasi pelaksanaan, dan sekarang tidak ada lagi.” Trump enggan menyebut apakah serangan itu dilakukan oleh militer AS atau CIA, maupun lokasi pastinya di Venezuela. “Saya tahu persis siapa pelakunya, tapi saya tidak ingin menyebutkan. Tapi, itu terjadi di sepanjang pantai,” ujarnya. Hingga saat ini, pemerintah Venezuela belum memberikan komentar terkait klaim serangan tersebut, dan belum ada laporan independen dari dalam negeri yang mengonfirmasi serangan AS.
Baca Juga: Trump Sebut Militer AS Serang Kapal Narkoba Venezuela, 11 Orang Tewas Klaim Trump muncul di tengah meningkatnya kampanye tekanan AS terhadap Venezuela, yang menurut Presiden AS menarget operasi penyelundupan narkoba ke Amerika Serikat. Sementara itu, pemerintah Caracas membantah terlibat dalam perdagangan narkoba dan menuding Washington berupaya menggulingkan Presiden Nicolas Maduro untuk menguasai cadangan minyak Venezuela, yang terbesar di dunia. Serangan terbaru ini menandai pergeseran taktik AS dari operasi di perairan internasional menuju serangan berbasis darat. Sejak September, AS telah melakukan 30 serangan di perairan Karibia dan Pasifik timur yang menewaskan sedikitnya 107 orang, menurut data yang dirilis administrasi Trump.
Baca Juga: Trump Klaim Punya Kartu Luar Biasa untuk Hancurkan Tiongkok, Tapi Masih Disimpan Serangan-serangan ini dianggap ilegal menurut hukum AS maupun hukum internasional dan disebut sebagai eksekusi di luar pengadilan oleh para pakar hukum dan kelompok hak asasi manusia. Komando Selatan AS menyebut korban serangan terbaru sebagai “dua narko-teroris pria” yang kapalnya terlibat dalam “operasi narkoba”. Langkah ini juga terjadi di tengah penempatan lebih dari 15.000 pasukan AS di wilayah tersebut, termasuk penyitaan beberapa kapal tanker dalam blokade yang diperintahkan Trump terhadap kapal-kapal yang disanksi masuk dan keluar Venezuela. Sejak beberapa bulan terakhir, Trump sempat menyatakan bahwa AS bisa memperluas operasi hingga mencakup serangan darat di Amerika Selatan, terutama Venezuela.
Baca Juga: Mantan Marinir AS Serang Gereja Mormon, Tewaskan 2 Jemaat di Michigan Pada Oktober lalu, ia mengonfirmasi bahwa CIA telah diberi wewenang melakukan operasi rahasia di Venezuela. Kepala staf Gedung Putih, Susie Wiles, menyatakan bahwa Trump ingin terus menarget kapal-kapal hingga Maduro menyerah.