Trump Marah, Kritik Ukraina atas Dugaan Serangan ke Kediaman Putin



KONTAN.CO.ID - Donald Trump mengkritik Ukraina atas dugaan serangan drone ke kediaman resmi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin menyatakan bahwa Moskow berhasil menembak jatuh 91 drone jarak jauh di atas kediaman Putin di Valdai, wilayah Novgorod. Namun, Lavrov tidak menyertakan bukti atas klaim tersebut dan mengatakan posisi Rusia dalam perundingan damai akan “direvisi” akibat insiden itu.

The Telegraph melaporkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menepis klaim tersebut sebagai “gelombang kebohongan baru” yang bertujuan menggagalkan negosiasi. Namun, Trump justru berpihak pada Rusia dan mengatakan dugaan serangan itu membuatnya “sangat marah”.


Usai berbicara lewat telepon dengan Putin, Trump mengatakan kepada wartawan di Mar-a-Lago bahwa Putin sendiri yang memberitahunya soal serangan tersebut pada pagi hari.

“Ini masa yang sangat sensitif. Ini bukan waktu yang tepat. Menyerang rumahnya jelas bukan hal yang bisa dibenarkan,” ujar Trump.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko bahkan menuding adanya “keterlibatan Inggris” dalam serangan tersebut dan menegaskan Rusia akan merespons provokasi itu.

Zelensky, melalui akun X, kembali menegaskan bahwa cerita soal serangan ke kediaman Putin sepenuhnya direkayasa untuk membenarkan serangan tambahan Rusia ke Ukraina, termasuk Kyiv, sekaligus alasan Rusia menolak langkah-langkah konkret menuju perdamaian.

Baca Juga: Presiden El Salvador Bukele Buka Peluang Berkuasa hingga 10 Tahun ke Depan

Klaim Lavrov muncul hanya beberapa jam setelah Trump bertemu Zelensky di Mar-a-Lago dalam rangka pembicaraan damai, di mana Trump menyebut jaminan keamanan AS untuk Ukraina sudah “95 persen” disepakati.

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya hanya mengklaim menembak jatuh 89 drone Ukraina di seluruh wilayah Rusia, dengan 18 di antaranya di Novgorod—angka yang bertentangan dengan pernyataan Lavrov.

Lavrov menyebut dugaan serangan itu sebagai “aksi terorisme” dan memperingatkan bahwa Rusia telah menyiapkan target balasan di Ukraina, meski menegaskan Moskow tidak berniat mundur dari perundingan.

Pernyataan Lavrov ini tergolong tidak lazim, karena biasanya laporan serangan drone diumumkan oleh otoritas daerah atau Kementerian Pertahanan Rusia.

Penasihat senior Kremlin Yuri Ushakov mengatakan Trump tampak “terkejut” saat mendengar laporan serangan itu dari Putin. Ushakov juga mengklaim Trump bersyukur tidak memasok Ukraina dengan rudal jelajah Tomahawk, yang menurutnya akan memengaruhi pendekatan AS dalam negosiasi.

Baca Juga: China Gelar Latihan Tembak Langsung Terbesar di Sekitar Taiwan