Trump Memang Pilpres, Mayoritas Harga Komoditas Merah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas tertekan dengan kemenangan Donald Trump dalam pilpres Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Trading Economics, mayoritas harga komoditas turun pada Jumat (7/11).

Dari energi, minyak WTI turun 2,74% ke US$ 70,38 per barel, gas alam melemah 0,89% ke US$ 2,66 per MMBtu. Sementara batubara berhasil menguat 0,78% ke US$ 142,2 per ton.

Logam mulia, emas terkoreksi 0,83% ke US$ 2.684,52 per ons troi dan perak turun turun 2,25% ke US$ 31,29 per ons troi. Adapun logam industri, tembaga turun 2,69% ke US$ 4,29 per Lbs, aluminium turun 2,95% ke US$ 2.630 per ton, timah turun 0,53% ke US$ 31.648 per otn, dan nikel turun 1,68% ke US$ 16.327 per ton.


Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong menilai, efek kebijakan proteksionisme Trump akan memberikan reaksi yang cukup beragam untuk harga komoditas. Namun, dia menilai yang paling berdampak adalah logam mulia seperti emas, perak, platinum dan palladium.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Unggulan & Arah IHSG Usai Terjun 2,91% pada Pekan Lalu

Secara umum, Lukman berpandangan bahwa hampir tidak ada komoditas yang diuntungkan dengan kemenangan Trump. Namun salah satu skenario dari kebijakan Trump adalah memicu inflasi, dan emas sebagai pelindung nilai secara tidak langsung bisa naik olehnya.

"Hanya saja, di saat yang sama inflasi juga membuat suku bunga bertahan lebih tinggi, jadi seberapa jauh emas diuntungkan masih akan dilihat ke depannya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/11).

Komoditas lain akan terdampak adalah minyak mentah, tetapi bukan dari kebijakan proteksionisme. Trump menghendaki produksi di AS terus meningkatkan produksi, hal ini bisa menekan harga minyak dunia yang secara umum masih over capacity.

Namun ekspektasi kebijakan Trump terhadap Iran yang lebih keras bisa mengganggu pasokan minyak dunia. Ditambah lagi sikap Trump yang cenderung lebih mendukung Israel, dikhawatirkan AS bisa memberikan jalan bagi serangan Israel ke Iran yang lebih besar.

Baca Juga: Kemenangan Trump Ciptakan Ketidakpastian Pasar Minyak Nabati

"Karena dampak dari pemerintahan Trump pada situasi di Timur Tengah akan lebih cepat dibandingkan peningkatan produksi minyak AS, sehingga dalam jangka waktu pendek dan menengah harga minyak masih akan mendapatkan dukungan," sebutnya.

Selain itu, banyak yang ragu apabila AS masih bisa meningkatkan produksi minyak yang mereka anggap sudah sangat tinggi dan mendekati maksimal. Dus, harga minyak diperkirakan akan berada di rata-rata US$ 70-an per barel hingga akhir tahun. Sedangkan emas diperkirakan hanya akan mencapai paling tinggi US$ 2.800 hingga akhir tahun.

Adapun untuk platinum dan palladium, Lukman berpandangan harga kedua logam industri ini bertahan dan berpotensi menguat didukung oleh optimisme pemangkasan suku bunga the Fed, serta harapan pengumuman stimulus tambahan pemerintah China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati