Trump menang, peluang The Fed kerek bunga menyusut



NEW YORK. Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 diprediksi memicu guncangan di bursa finansial. Kendati memberi efek negatif, terpilihnya Trump menurunkan peluang bakal terjadinya kenaikan suku bunga acuan.

Tengok saja prediksi pelaku pasar. Mengutip survei Bloomberg, pelaku pasar ragu Bank Sentral (The Fed) bakal mengerek suku bunga acuan AS pada pertemuan bulanan di Desember mendatang.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di bulan Desember 2016 pun turun ke level 47% pada Rabu (9/11). Padahal, sehari sebelum pemilihan umum AS digelar, sekitar 82% trader meyakini bunga The Fed bakal naik.


Peluang The Fed menaikkan suku bunga menyusut karena pelaku pasar memprediksi, volatilitas di pasar finansial bakal tinggi. Pasalnya, selama ini pelaku pasar lebih menyukai Hillary Clinton sebagai Presiden AS karena kebijakan ekonominya tak bakal berubah banyak dari Presiden AS Barack Obama.

Ketidakpastian soal masa depan ekonomi AS di tangan Trump inilah yang memicu guncangan di bursa finansial pasca pemilu digelar. Kemungkinan volatilitas ini bakal mengurungkan niatan The Fed menerapkan pengetatan moneter semisal kenaikan suku bunga acuan.

Analis menilai, kenaikan suku bunga acuan di bawah pemerintahan Trump menurunkan kepercayaan diri pasar terhadap masa depan ekonomi AS. Pasalnya, saat kampanye Trump berencana untuk menyusun ulang agenda dan arah ekonomi AS.

Ketidakpastian ekonomi AS juga muncul lantaran Trump bakal meninjau ulang perjanjian perdagangan AS dengan negara-negara lain. “Kemenangan Trump memberikan ketidakpastian dan volatilitas ke pasar. The Fed akan menunda rencana di Desember," ujar George Goncalves, analis Nomura Holdings Inc seperti dilansir Bloomberg, kemarin.

Asal tahu saja, The Fed bersiap mengerek suku bunga acuan pada Desember setelah menunda kenaikan selama setahun. Rencana ini menguat lantaran besaran upah buruh AS naik tertinggi sejak 2009 pada Oktober 2016.

Kenaikan suku bunga The Fed terakhir kali pada Desember 2015. Kala itu, setelah puasa mengerek suku bunga acuan selama satu dekade, The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,25% hingga 0,5% dari posisi 0%.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie