KONTAN.CO.ID - Perusahaan tekstil China semakin masif memanfaatkan pabrik-pabrik garmen Korea Utara. Dimana tenaga kerjanya yang lebih murah dan efisiennya jalur distribusi menguntungkan memperkuat bisnis tekstil kedua negara. Seperti yang dilansir dari Reuters pada MInggu (13/8), pakaian yang dibuat oleh industri garmen Korea Utara tersebut diberi label "Made in China" dan diekspor ke seluruh dunia. Hal ini menampakkan sanksi ketat PBB dan embargo dari negara lainnya kepada Korea Utara tidak mematikan aktivitas perdagangan mereka. Sebab larangan ekspor testil tidak diatur pada sanksi yang dihadiahi kepada negara rezim komunis tersebut. "Kami menerima pesanan dari seluruh dunia," kata seorang pengusaha Korea-Cina di Dandong, kota perbatasan China, dimana sebagian besar perdagangan melewati Korea Utara berada di kota tersebut. Puluhan agen clothing beroperasi di Dandong, yang bertindak sebagai perantara antara pemasok pakaian dari China dan pembeli dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Rusia, kata pengusaha tersebut yang meminta anonimitas. "Kami akan meminta pemasok China yang bekerja dengan kami jika mereka berencana untuk terbuka dengan klien mereka - terkadang pembeli tidak akan menyadari bahwa pakaian mereka sebenarnya dibuat di Korea Utara, sebab ini sangat sensitif," katanya. Menurut data dari Badan Promosi Perdagangan-Perdagangan Korea (KOTRA), pada 2016 tekstil merupakan ekspor kedua terbesar Korea Utara setelah batubara dan mineral, dengan total US$ 752 juta. Total ekspor dari Korea Utara pada 2016 tercatat naik 4,6% menjadi US$ 2,82 miliar. Industri tekstil dan garmen ini menunjukkan sejauh mana Korea Utara bergantung pada China sebagai jalur kehidupan ekonomi, bahkan saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi tekanan pada Beijing untuk berbuat lebih banyak dalam mengendalikan program senjata (nuklir) tetangganya. Ekspor China ke Korea Utara meningkat hampir 30% menjadi US$ 1,67 miliar pada paruh pertama tahun ini. "Sebagian besar didorong oleh bahan tekstil dan barang padat karya tradisional lainnya yang tidak termasuk dalam daftar embargo PBB," terang juru bicara pabean China Huang Songping kepada wartawan. Pemasok China mengirim kain dan bahan mentah lainnya yang dibutuhkan untuk membuat pakaian ke pabrik-pabrik Korea Utara di seberang perbatasan tempat pakaian dirakit dan diekspor.
Trump mencibir, tekstil China masih andalkan Korut
KONTAN.CO.ID - Perusahaan tekstil China semakin masif memanfaatkan pabrik-pabrik garmen Korea Utara. Dimana tenaga kerjanya yang lebih murah dan efisiennya jalur distribusi menguntungkan memperkuat bisnis tekstil kedua negara. Seperti yang dilansir dari Reuters pada MInggu (13/8), pakaian yang dibuat oleh industri garmen Korea Utara tersebut diberi label "Made in China" dan diekspor ke seluruh dunia. Hal ini menampakkan sanksi ketat PBB dan embargo dari negara lainnya kepada Korea Utara tidak mematikan aktivitas perdagangan mereka. Sebab larangan ekspor testil tidak diatur pada sanksi yang dihadiahi kepada negara rezim komunis tersebut. "Kami menerima pesanan dari seluruh dunia," kata seorang pengusaha Korea-Cina di Dandong, kota perbatasan China, dimana sebagian besar perdagangan melewati Korea Utara berada di kota tersebut. Puluhan agen clothing beroperasi di Dandong, yang bertindak sebagai perantara antara pemasok pakaian dari China dan pembeli dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Rusia, kata pengusaha tersebut yang meminta anonimitas. "Kami akan meminta pemasok China yang bekerja dengan kami jika mereka berencana untuk terbuka dengan klien mereka - terkadang pembeli tidak akan menyadari bahwa pakaian mereka sebenarnya dibuat di Korea Utara, sebab ini sangat sensitif," katanya. Menurut data dari Badan Promosi Perdagangan-Perdagangan Korea (KOTRA), pada 2016 tekstil merupakan ekspor kedua terbesar Korea Utara setelah batubara dan mineral, dengan total US$ 752 juta. Total ekspor dari Korea Utara pada 2016 tercatat naik 4,6% menjadi US$ 2,82 miliar. Industri tekstil dan garmen ini menunjukkan sejauh mana Korea Utara bergantung pada China sebagai jalur kehidupan ekonomi, bahkan saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi tekanan pada Beijing untuk berbuat lebih banyak dalam mengendalikan program senjata (nuklir) tetangganya. Ekspor China ke Korea Utara meningkat hampir 30% menjadi US$ 1,67 miliar pada paruh pertama tahun ini. "Sebagian besar didorong oleh bahan tekstil dan barang padat karya tradisional lainnya yang tidak termasuk dalam daftar embargo PBB," terang juru bicara pabean China Huang Songping kepada wartawan. Pemasok China mengirim kain dan bahan mentah lainnya yang dibutuhkan untuk membuat pakaian ke pabrik-pabrik Korea Utara di seberang perbatasan tempat pakaian dirakit dan diekspor.