KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam wawancara yang diadakan pada konvensi tahunan National Association of Black Journalists di Chicago, Donald Trump mengajukan pertanyaan yang kontroversial mengenai identitas rasial Wakil Presiden Kamala Harris. Pernyataan ini memicu berbagai tanggapan dan reaksi dari berbagai pihak, termasuk Gedung Putih.
Latar Belakang Kamala Harris
Kamala Harris adalah sosok yang mencatat sejarah saat dilantik sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat pada tahun 2021. Dia menjadi wanita pertama, orang Asia-Amerika pertama, dan orang kulit hitam pertama yang menduduki posisi tersebut. Harris memiliki latar belakang etnis campuran, dengan ayah yang berasal dari Jamaika dan ibu yang berasal dari India.
Harris menempuh pendidikan di Howard University, salah satu perguruan tinggi kulit hitam paling terkemuka di Amerika Serikat, yang berlokasi di Washington DC. Sebelum menjabat sebagai Wakil Presiden, beliau juga pernah menjabat sebagai Jaksa Agung California dan anggota Senat Amerika Serikat. Sebagai senator, Harris merupakan anggota Congressional Black Caucus dan mendukung berbagai legislasi yang bertujuan memperkuat hak-hak pemilih dan mereformasi kepolisian.
Baca Juga: Pilpres AS, Kamala Harris Dapat Dukungan Lebih Dari 100 Pemodal Ventura Pernyataan Kontroversial Donald Trump
Selama wawancara, Trump mempertanyakan apakah Harris adalah orang India atau orang kulit hitam. "Apakah dia India atau dia kulit hitam?" tanyanya, sambil menyatakan bahwa Harris awalnya mengidentifikasi dirinya sebagai orang India sebelum mengubah identitasnya menjadi orang kulit hitam. Trump juga menyatakan bahwa seseorang perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai hal tersebut. Gedung Putih, melalui Juru Bicara Karine Jean-Pierre, mengutuk pernyataan Trump sebagai "menjijikkan" dan "menghina." Jean-Pierre menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang berhak menentukan identitas seseorang dan meminta agar nama Kamala Harris dihormati sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat.
Baca Juga: Trump Terus Menggunakan Kata "Palestinian" Sebagai Bentuk Penghinaan Implikasi Sosial dan Politik
Pernyataan Trump tersebut memicu perdebatan mengenai identitas rasial dan politik identitas di Amerika Serikat. Beberapa Republikan, termasuk Tim Burchett, anggota Kongres dari Tennessee, menyebut Harris sebagai "wakil presiden DEI," yang merujuk pada keberagaman, kesetaraan, dan inklusi. Dalam konteks politik, Trump telah berusaha menarik dukungan dari komunitas Afrika-Amerika dan minoritas lainnya, dengan menyatakan bahwa Demokrat sering kali menganggap suara mereka sebagai sesuatu yang pasti. Pada pemilu 2020, lebih dari 90 persen pemilih kulit hitam mendukung Joe Biden. Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa tingkat dukungan terhadap Harris di kalangan pemilih kulit hitam tetap kuat.
Editor: Handoyo .