Trump mengingatkan Pemimpin Korut Kim Jong Un berisiko kehilangan segalanya



KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON / SEOUL. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berisiko kehilangan segalanya jika Kim Jong Un melanjutkan permusuhan dan Korea Utara harus melakukan denuklirisasi, setelah Korea Utara mengatakan pihaknya telah melakukan uji sukses besar.

“Kim Jong Un terlalu pintar dan memiliki banyak kerugian,  jika Kim Jong Un bertindak dengan cara yang bermusuhan. Kim Jong Un menandatangani Perjanjian Denuklirisasi yang kuat dengan saya di Singapura, ”kata Trump di Twitter, seperti dilansir Reuters, merujuk pada pertemuan puncak pertamanya dengan Kim di Singapura pada 2018.

Baca Juga: AS-Korsel batalkan latihan bersama, Kim Jong Un malah awasi latihan angkatan udara


"Kim Jong Un tidak ingin membatalkan hubungan istimewanya dengan Presiden Amerika Serikat atau mengganggu Pemilihan Presiden AS pada bulan November," katanya.

Media pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan sebelumnya pada hari Minggu bahwa Korea Utara telah melakukan tes yang sangat penting di situs peluncuran satelit Sohae-nya, tempat pengujian roket yang pernah dikatakan pejabat AS mengatakan Korea Utara telah berjanji untuk menutup.

Uji coba yang dilaporkan itu dilakukan menjelang tenggat waktu akhir tahun yang diberlakukan Korut bagi Amerika Serikat untuk menghentikan desakannya pada denuklirisasi sepihak. Pyongyang telah memperingatkan akan mengambil jalan baru di tengah macetnya perundingan dengan Amerika Serikat.

"Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, tetapi harus mendenuklirisasi seperti yang dijanjikan," kata Trump di Twitter.

Laporan KCNA menyebutnya sebagai tes sukses yang sangat penting tetapi tidak menentukan apa yang diuji. Para ahli rudal mengatakan, tampaknya orang Korea Utara telah melakukan uji statik terhadap mesin roket, dan bukannya peluncuran rudal.

Baca Juga: Korea Utara: Itu akan menjadi hal yang mengerikan bagi AS

"Jika itu memang tes mesin statis untuk rudal bahan bakar padat atau cair baru, itu adalah sinyal keras bahwa pintu untuk diplomasi dengan cepat ditinggalkan," kata Vipin Narang, pakar urusan nuklir di Institut Teknologi Massachusetts di Amerika Serikat.

"Ini bisa menjadi sinyal yang sangat kredibel tentang apa yang mungkin ditunggu dunia setelah Tahun Baru," sambungya.

Editor: Noverius Laoli