Trump mulai panik terhadap wabah virus corona yang mengancam warga AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Donald Trump memperingatkan warga Amerika pada hari Selasa tentang keadaan yang menyakitkan dua minggu ke depan dalam memerangi virus corona. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah korban kematian di AS yang dapat mencapai ratusan ribu.

Dalam konferensi persnya yang mungkin paling suram sampai saat ini tentang pandemi, Trump, yang telah menghadapi kritik karena meremahkan ancaman wabah dalam fase awal, mendesak penduduk untuk memperhatikan panduan untuk membatasi kelompok agar tidak lebih dari 10 orang, bekerja dari rumah dan tidak makan di restoran atau bar.

Baca Juga: Hampir seluruh anggota G20 diramal alami resesi, kecuali RI dan 2 negara ini


“Sangat penting bagi orang Amerika untuk mengikuti pedoman selama 30 hari ke depan. Ini masalah hidup dan mati," kata Trump dikutip dari Reuters.

Koordinator coronavirus Gedung Putih, Deborah Birx, memperlihatkan grafik yang menunjukkan data dan pemodelan yang menunjukkan lompatan besar kematian hingga kisaran 100.000 hingga 240.000 orang dari virus dalam beberapa bulan mendatang.

Angka itu didasarkan pada orang Amerika setelah upaya mitigasi. Salah satu grafik Birx menunjukkan sebanyak 2,2 juta orang diproyeksikan akan meninggal tanpa langkah-langkah seperti itu, sebuah statistik yang mendorong Trump untuk membatalkan rencana yang diartikulasikannya minggu lalu untuk membuat ekonomi AS kembali bergerak pada Paskah pada 12 April.

Baca Juga: WHO gunakan istilah physical distancing, apa bedanya dengan social distancing?

Presiden mengatakan dua minggu ke depan akan "sangat, sangat menyakitkan." Pemodelan menunjukkan jumlah kematian di seluruh negara akan meningkat dan mencapai puncaknya sekitar pertengahan April. "Kami ingin orang Amerika bersiap-siap untuk hari-hari sulit yang terbentang di depan," kata Trump.

Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan sebelumnya pandemi dapat membunuh antara 100.000 dan 200.000 orang di Amerika Serikat, semua upaya sedang dilakukan untuk membuat angka-angka itu lebih rendah. "Kami melakukan semua yang kami bisa," katanya.

Editor: Handoyo .