Trump pertimbangkan tunda kesepakatan dagang dengan Korsel



KONTAN.CO.ID - RICHFIELD. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengungkapkan dirinya mempertimbangkan untuk menunda kesepakatan perdagangan dengan Korea Selatan (Korsel). Setidaknya hingga isu dengan Korea Utara (Korut) diselesaikan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (30/3), dalam pidatonya di Richfield, Ohio, Trump mengungkapkan pertimbangan penundaan ini sampai adanya kesepakatan antara AS dan Korut soal konfrontasi nuklir. "Mengapa? Karena menurut saya ini kartu yang kuat dan saya ingin memastikan semua orang diperlakukan dengan adil dan kami mencapai mencapai kesepakatan yang baik dengan Korut," ujar Trump dalam pidatonya, dilansir dari Bloomberg.

Sebelumnya, Korsel telah setuju untuk meratifikasi perjanjian dagang antar kedua negara dengan imbalan pembebasan dari tarif impor baja dan aluminium Trump. Namun, dengan adanya pernyataan ini semuanya menjadi serba tidak pasti. Padahal pekan ini AS dan Korsel sudah setuju untuk meratifikasi perjanjian Korsel-AS yang dikenal dengan KORUS.


Kesepakatan perdagangan yang dinegosiasikan, diumumkan minggu ini, memungkinkan AS untuk menjual 50.000 mobil buatannya ke Korsel, yang sebelumnya terhambat karena masalah regulasi keselamatan. Sementara, Korsel setuju untuk membatasi ekspor baja ke AS sekitar 2,7 juta ton per tahun, sebagai imbalan atas keringanan dari tarif 25% yang diumumkan Trump awal bulan ini. Korsel juga setuju untuk menghilangkan hambatan non-tarif seperti persyaratan pengujian lingkungan tertentu dan mengakui standar AS atas suku cadang mobil.

Jika mencermati pernyataan Trump di Ohio tersebut, maka kesepakatan KORUS yang baru akan dilaksanakan secara efektif saat Trump bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong-Un, yang baru akan dilaksanakan bulan Mei nanti. Untuk berhadapan dengan Kim Jong-Un dan segudang ambisi nuklirnya, Trump jelas membutuhkan dukungan Seoul dalam negosiasi untuk membuat Korut melupakan ambisi nuklirnya.

Tak ayal, pernyataan Trump terkait ide penundaan perjanjian ini membuat bingung Korsel, yang sebelumnya gembira karena telah dibebaskan dari tarif impor baja dan aluminium serta telah setuju mengubah perjanjian KORUS.

"Kami mencoba memahami maksud asli di balik pernyataan Presiden Trump. Kami menganggap renegosiasi perjanjian perdagangan bebas telah selesai dengan lancar," ujar Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korsel Paik Un-gyu dalam jumpa pers di Seoul.

Agaknya ini cara Trump menekan sekutunya untuk mengikuti kemauannya. Padahal Seoul jelas memiliki keinginan adanya kestabilan di semenanjung Korea dan pastinya akan mendukung setiap langkah yang mengarah ke denuklirisasi Korut.

Editor: Wahyu T.Rahmawati