KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan upaya untuk mengakhiri perang dagang antara AS-China berjalan baik karena dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu terus bertempur memperebutkan perdagangan dan politik di seluruh dunia kendati ada gencatan senjata bulan ini. Pekan lalu, Trump juga menyatakan ia berharap fase pertama kesepakatan dagang yang diumumkan awal Oktober akan diteken pada pertengahan bulan depan. "Kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Mereka ingin membuat kesepakatan," kata Trump seperti dikutip
Reuters Senin (21/10). "Mereka harus membuat kesepakatan... karena rantai pasokan mereka turun."
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan bahwa pemerintah masih beritikad untuk menyelesaikan kesepakatan pada fase pertama dari kesepakatan pada waktunya untuk pertemuan kerjasama ekonomi Asia-Pasifik di Chili pada 16 November-17 November, tetapi masih ada masalah yang harus diselesaikan. Menurut Lighthizer, pertemuan tingkat wakil perundingan dagang berlangsung pada Senin, dan dia bersama Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan berunding dengan mitranya di China pada Jumat.
Baca Juga: Kementerian Perdagangan AS: Kesepakatan dengan China tidak perlu kelar bulan depan Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross juga berusaha meredam ekspektasi bahwa kesepakatan akan selesai bulan depan. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa 15% tarif AS pada barang konsumen yang diimpor dari China termasuk ponsel, laptop dan komputer tablet akan ditarik jika negosiasi berjalan dengan baik. Awal bulan ini, pemerintah menunda kenaikan tarif barang impor China lainnya senilai US$ 250 miliar menjadi 30% dari yang sebelumnya 25%. Tarif yang diberlakukan oleh AS dan China selama 15 bulan terkahir telah mengguncang pasar keuangan dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global terhambat. Tekanan dari lembaga internasional agar AS dan China segera mengatasi permasalahan perdagangan terus meningkat. International Monetary Fund (IMF) oekan lalu memperkirakan bahwa dampak dari perang dagang AS-China di seluruh dunia akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3%.
Namun, langkah-langkah positif dalam perundingan dagang tak menghentikan China untuk mencari sanksi pembalasan denda US$ 2,4 miliar terhadap AS karena ketidakpatuhan terhadap keputusan WTO dalam kasus yang terjadi di era Obama. Hasil banding WTO pada Juli lalu hakim telah memutuskan bahwa AS tidak sepenuhnya mematuhi keputusan WTO dan dapat menghadapi sanksi China jika tidak menghapus tarif tertentu yang melanggar aturan pengawas.
Baca Juga: Trump berharap kesepakatan dagang AS-China diteken pertengahan November Secara efektif, Badan Penyelesaian Sengketa WTO telah memberi lampu hijau kepada Beijing untuk mencari sanksi kompensasi pada Agustus. Kala itu, AS menyatakan bahwa mereka tidak menganggap temuan WTO sah dan bahwa hakim telah menerapkan interpretasi hukum yang salah dalam perselisihan ini.
Editor: Herlina Kartika Dewi