JAKARTA. Trust Finance mengerem bisnis pembiayaan alat berat di tahun ini. Perseroan mengantisipasi dampak dari wacana pengenaaan bea keluar ekspor mineral dari Kementrian ESDM. Jika wacana ini benar-benar terjadi, penjualan alat berat akan terganggu. Bisnis pembiayaan alat berat pun ikut turun, belum lagi bayang-bayang kredit macet yang bisa terjadi karena pengusaha tambang mengurangi produksi operasional. Direktur Utama Trust Finance M. Nashir menjelaskan, manajamen akan cenderung slow down dalam penyaluran pembiayaan. "Peraturan tersebut pasti akan mempengaruhi bisnis kami. Sehingga kami mulai mengurangi pembiayaan bagi pengusaha yang bisnis komoditasnya bertumpu pada komoditas timah, nikel dan bauksit," jelasnya, Senin (18/6).Nashir berharap, dengan mengerem bisnis pembiayaan, Trust Finance juga dapat memperbaiki kualitas pembiayaan. Sebagai catatan, angka non perfoaming loan (NPL) Trust Finance pada akhir Mei lalu mencapai 3%. Dia menyebut, manajemen saat ini hanya mengandalkan debitur lama dibandingkan debitur baru demi menekan angka kredit macet. Untuk meminimalisir dampak kredit macet, manajemen mengasuransikan kendaraan ketika sedang diansur. "Atau jika memang sudah melewati batas waktu maksimal, kami segera melakukan take over atau penarikan alat berat," ujar Nashir.Sampai akhir tahun ini, Trust Finance menargetkan pembiayaan sebesar Rp 453 miliar, atau tumbuh sekitar 30% dibandingkan perolehan tahun 2011 senilai Rp 350 miliar. Hingga, akhir Mei, total pembiayaan Trust Finance telah mencapai Rp 190 miliar. Komposisi pembiayaan 60% masih akan berasal dari alat berat, sedangkan 40% dari kendaraan komersil dan passanger. Sedangkan untuk target aset sampai akhir tahun bisa mencapai Rp 500 miliar, atau tumbuh 25% dibandingkan perolehan 2011 senilai Rp 398 miliar.
Trust Finance mengerem bisnis alat berat
JAKARTA. Trust Finance mengerem bisnis pembiayaan alat berat di tahun ini. Perseroan mengantisipasi dampak dari wacana pengenaaan bea keluar ekspor mineral dari Kementrian ESDM. Jika wacana ini benar-benar terjadi, penjualan alat berat akan terganggu. Bisnis pembiayaan alat berat pun ikut turun, belum lagi bayang-bayang kredit macet yang bisa terjadi karena pengusaha tambang mengurangi produksi operasional. Direktur Utama Trust Finance M. Nashir menjelaskan, manajamen akan cenderung slow down dalam penyaluran pembiayaan. "Peraturan tersebut pasti akan mempengaruhi bisnis kami. Sehingga kami mulai mengurangi pembiayaan bagi pengusaha yang bisnis komoditasnya bertumpu pada komoditas timah, nikel dan bauksit," jelasnya, Senin (18/6).Nashir berharap, dengan mengerem bisnis pembiayaan, Trust Finance juga dapat memperbaiki kualitas pembiayaan. Sebagai catatan, angka non perfoaming loan (NPL) Trust Finance pada akhir Mei lalu mencapai 3%. Dia menyebut, manajemen saat ini hanya mengandalkan debitur lama dibandingkan debitur baru demi menekan angka kredit macet. Untuk meminimalisir dampak kredit macet, manajemen mengasuransikan kendaraan ketika sedang diansur. "Atau jika memang sudah melewati batas waktu maksimal, kami segera melakukan take over atau penarikan alat berat," ujar Nashir.Sampai akhir tahun ini, Trust Finance menargetkan pembiayaan sebesar Rp 453 miliar, atau tumbuh sekitar 30% dibandingkan perolehan tahun 2011 senilai Rp 350 miliar. Hingga, akhir Mei, total pembiayaan Trust Finance telah mencapai Rp 190 miliar. Komposisi pembiayaan 60% masih akan berasal dari alat berat, sedangkan 40% dari kendaraan komersil dan passanger. Sedangkan untuk target aset sampai akhir tahun bisa mencapai Rp 500 miliar, atau tumbuh 25% dibandingkan perolehan 2011 senilai Rp 398 miliar.