Tsunami Jepang bisa ganggu industri otomotif dan elektronik



JAKARTA. Gempa dan tsunami yang melanda Jepang bisa mengganggu industri otomotif dan elektronik di Indonesia. Maklum, sebagian mesin dan komponen yang dibutuhkan industri itu masih impor dari Jepang. Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan sektor otomotif dan elektronik bisa terkena imbas bencana yang terjadi di Jepang. Hal ini mengingat kebutuhan impor mesin dan komponen yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. "Dampaknya pasti ada tapi semoga tidak terlalu besar," ungkap Hidayat, Senin (14/3). Hidayat mengatakan kerjasama business to business mungkin tidak akan terlalu terpengaruh. Hal itu bisa terlihat dari rencana Daihatsu yang akan membangun pabrik baru senilai Rp 2 triliun pada akhir semester I tahun ini dan belum ada tanda-tanda pembatalan. Di sisi lain, adanya bencana bisa mempengaruhi kerjasama antar pemerintah. Sebagai contoh, perundingan program Metropolitan Priority Area (MPA) mungkin perundingannya akan bergeser dari jadwal semula. Hal ini disebabkan karena pemerintah Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Industri (METI) masih memprioritaskan program pemulihan pascabencana. Hidayat mengatakan nilai investasi Jepang di Indonesia hingga tahun depan lebih dari US$ 24 miliar. Sementara itu, Hidayat memperkirakan volume ekspor Indonesia ke Jepang tidak akan banyak berubah. Meski demikian ada kendala beberapa pelabuhan ekspor di Jepang yang rusak dan perlu perbaikan. Selain itu jaringan telekomunikasi juga belum normal kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.