Tuah Sukri ada di pasar primer & sekunder



Sukuk ritel seri SR-006 diprediksi bakal laris manis. Dengan imbalan 8,75%, instrumen investasi ini akan membetot minat investor. Selain di pasar primer, investor juga bisa memburu sukuk di pasar sekunder.JAKARTA. Sejak 14 Februari hingga 28 Februari 2014, pemerintah menawarkan sukuk negara ritel (sukri) seri SR-006. Sukuk ritel ini diprediksikan memperoleh penawaran berlimpah dari investor ritel karena memberi imbalan memikat yakni sebesar 8,75% per tahun.

Kupon sukuk ritel bertenor tiga tahun ini di atas bunga deposito perbankan yang saat ini berkisar 7%-8%. Sudah begitu, pajak kupon sukuk ritel hanya sebesar 15%, lebih rendah dari pajak bunga deposito yang sebesar 20%.

Maka itu, menurut Taufik Marchus, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Syariah, salah satu agen penjual sukuk ritel SR-006, sukuk ritel cocok bagi nasabah ritel yang memiliki dana terbatas, tetapi ingin berinvestasi pada surat berharga. "Pembelian di pasar perdana akan memberikan hasil lebih baik," ujar Taufik.


HSBC Indonesia, yang juga salah satu agen penjual sukuk ritel seri SR-006 mengakui, animo nasabahnya terhadap produk ini cukup baik. "Yang dicari konsumen, imbal hasil yang cukup tapi risiko rendah," ujar Maya Rizano, SVP Head of Group Communications and Corporate Sustainability HSBC Indonesia.

Nah, bagi yang tidak memperoleh jatah di pasar perdana, mereka masih bisa mendapatkan sukuk ritel seri SR-006, kelak, di pasar sekunder. Fakhrul Aufa, analis obligasi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mengatakan, surat utang negara jangka pendek, seperti sukuk ritel, menjadi incaran investor.

Tak terkecuali di pasar sekunder. Sukuk ritel yang terbit sebelumnya, cukup likuid di pasar sekunder. "Sukuk ritel ini mirip obligasi negara ritel. Dalam seminggu selalu ada perdagangan," kata Fakhrul.

Ambil contoh, pekan lalu, sukuk ritel seri SR-004 ditransaksikan sebanyak 149 kali dengan nilai Rp 2,3 triliun. Sedangkan, transaksi sukuk ritel seri SR-005 mencapai Rp 862 miliar dengan volume 75 kali. Asal tahu saja, sukuk ritel SR-004 dan SR-005 memberi kupon tetap masing-masing 6,25% dan 6% per tahun.Sebagai perbandingan, obligasi ritel Indonesia (ORI) seri 010, sepanjang pekan lalu, diperdagangkan sebanyak 924 kali dengan total nilai Rp 5,3 triliun.

Menurut Fakhrul, sukuk ritel lebih likuid ketimbang sukuk jenis lain, seperti Ijarah Fixed Rate (IFR) atau Project Based Sukuk (PBS) yang juga biasa disebut sukuk negara berbasis proyek. Pekan lalu, volume perdagangan IFR cuma sebanyak Rp 6 miliar - Rp 7 miliar, dan sukuk PBS tidak diperjualbelikan sama sekali.

Ini karena investor pemegang sukuk IFR dan PBS merupakan investor institusi. Perilaku investor institusi, umumnya memegang efek hingga jatuh tempo.Perilaku ini berbeda dengan investor ritel. Sebab, tak sedikit investor sukuk ritel yang bertipikal trader mengincar capital gain dari kenaikan harga. Investor tersebut membeli sukuk ritel di pasar primer, lalu menjualnya di pasar sekunder, setelah harga sukuk naik.

Sukuk ritel SR-006 sendiri memiliki minimum holding periode (MHP) selama satu bulan. Jadi, investor baru bisa menjual SR-006 di pasar sekunder, paling cepat 5 April 2014, atau setelah pembayaran kupon perdana. Biasanya, ada kecenderungan harga sukuk ritel naik sekitar 1%-2% di awal perdagangan di pasar sekunder. Selain di pasar perdana dan pasar sekunder, investor juga bisa memburu sukuk ritel yang sudah dikemas dalam produk reksadana. Salah satu manajer investasi yang akan menerbitkan reksadana beraset dasar sukuk ritel SR-006 adalah Trimegah Asset Management.

Sjane Like Kaawoan, Direktur Trimegah Asset Management mengatakan, pihaknya sudah memiliki calon peminat untuk produk ini. "Kami memang ada rencana untuk menerbitkan reksadana terproteksi berbalut sukuk ritel SR-006, ini peluang yang bagus," terangnya. Dengan kupon 8,75%, sukuk SR-006 akan memberi daya tarik bagi investor.

Juntri Harry, Fund Manager Sucorinvest Asset Management mengatakan, prospek reksadana berbasis sukuk ritel menarik jika digenggam dalam jangka panjang. "Kini return produk syariah makin kompetitif dibandingkan yang konvensional," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia