Tugu Insurance Ungkap Sejumlah Strategi Hadapi Tantangan Industri Asuransi pada 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance menyebutkan sejumlah langkah-langkah strategis perusahaan untuk menghadapi tantangan industri asuransi pada 2025. 

Seperti yang diketahui, industri asuransi masih dihadapkan berbagai tantangan, di antaranya yaitu, tingkat penetrasi dan densitas yang masih rendah, literasi dan inklusi yang belum optimal, ketidakpastian ekonomi global, serta menurunnya kepercayaan akibat sejumlah kasus besar.

Meski begitu, Presiden Direktur Tugu Insurance Tatang Nurhidayat optimistis bahwa kinerja industri asuransi umum khususnya di Tugu Insurance dapat terus ditingkatkan. Hal ini didorong oleh sejumlah langkah-langkah strategis perusahaan antara lain, memperluas penetrasi pasar serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memiliki asuransi. 


Baca Juga: Tugu Insurance Buka Suara Soal Rencana BI yang Bakal Kurangi Penerbitan SRBI

“Jadi upaya literasi dan inklusi juga harus digencarkan oleh seluruh pelaku usaha,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/11). 

Tatang mengatakan, langkah strategis selanjutnya yaitu dengan menciptakan program edukasi yang terstruktur untuk meningkatkan literasi dan inklusi asuransi di Tugu Insurace. Selain itu, dia menuturkan bahwa pihaknya juga akan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor asuransi. 

“Kami mendukung pengembangan karyawan hingga menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan terstandarisasi,” imbuhnya.

Tak hanya itu, menurut Tatang transformasi digital juga menjadi perhatian utama. Dia mengatakan bahwa perusahaan asuransi perlu beradaptasi dengan perubahan perilaku pelanggan melalui investasi teknologi dan diversifikasi produk. 

“Kami juga fokus menciptakan produk inovatif yang kompetitif dan sesuai kebutuhan pasar, sembari memberikan layanan optimal kepada nasabah,” kata Tatang. 

 

TUGU Chart by TradingView

Lebih lanjut, Tatang mengatakan, strategi lain yang diusung yakni mencakup diversifikasi produk serta penetrasi pasar di berbagai sektor, mulai dari korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga segmen ritel. Perusahaan juga mengoptimalkan captive business di sektor andalan dan memperluas non-captive business.

Sementara itu, dari sisi regulasi, Tatang menilai aturan yang ada sudah cukup memadai, tetapi implementasi inklusi asuransi masih membutuhkan perhatian lebih. 

“Maka dari itu, fokus kami adalah memastikan asuransi dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dengan cara yang lebih mudah dan efisien,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .