Tugu Pratama targetkan laba US$ 56 juta di 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (ATPI) memproyeksi peluang bisnis asuransi sampai akhir tahun, bakal tumbuh signifikan. Wajar jika perusahaan ini percaya diri bisa meraih pertumbuhan laba dan premi lebih tinggi dari tahun lalu.

Direktur Keuangan dan Jasa Korporat ATPI Muhammad Syahid berkeyakinan, Asuransi Tugu Pratama bisa cetak laba sebesar US$ 56 juta di tahun ini, atau naik 24,4% dari tahun lalu yakni US$ 45 juta.

“Kami memprediksi laba konsolidasi untuk tahun 2018 yaitu US$ 56 juta, dari US$ 45 juta di tahun 2017,” kata Syahid kepada Kontan.co.id, Senin (4/6).


Di periode yang sama, anak usaha PT Pertamina (persero) ini juga menargetkan perolehan premi bisa mencapai US$ 458 juta, atau naik 13,3% dari tahun lalu yaitu US$ 404 juta.

Untuk mencapai target laba dan premi tersebut, akan ada sejumlah strategi yang dilakukan, yaitu dengan mengoptimalkan kinerja dan bisnis perusahaan, kemudian mengembangkan bisnis di segmen ritel. Serta melakukan ekspansi bisnis pada anak perusahaan reasuransi yakni PT Tugu Reasuransi.

ATPI juga makin agresif memperluas pasar ke segmen ritel, yang dinilai terus berkembang dan berkontribusi besar bagi pemasukan perusahaan. Saat ini bisnis ritel masih berkontribusi sekitar 3% dari total bisnis perusahaan.

Meski masih berkontribusi rendah, pihaknya yakin bahwa tiga tahun ke depan bisnis asuransi di segmen ritel bisa tumbuh dobel digit. Nantinya, pertumbuhan segmen ritel bisa memperbaiki portofolio bisnis perusahaan secara keseluruhan serta menstabilkan underwriting.

“Kami sedang breakdown, yang jelas target tiga tahun ke depan porsi retal di kisaran 11% hingga 15%,” kata dia.

Sebelumnya perusahaan mencatatkan laba gemilang sepanjang bulan Januari hingga April 2018. ATPI meraih laba bersih sebesar US$ 9,4 juta, naik 21% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Sementara pendapatan premi bruto selama empat bulan tahun ini tercatat sebesar US$ 76,1 juta dan hasil underwriting sebesar US$ 14,8 juta. Peningkatan premi tersebut didominasi oleh lini bisnis asuransi properti seperti di sektor energi, minyak dan gas, serta aviasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat