KONTAN.CO.ID - Henricus Herwin, Eko Yudhi Purwanto, IATMI Kebutuhan energi nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan populasi penduduk. Sementara itu, produksi minyak nasional menunjukkan tren penurunan pada sepuluh tahun terakhir, menurun dari 970 ribu barel minyak per hari di tahun 2010 menjadi sekitar 700 ribu barel minyak per hari di tahun 2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh produksi yang mayoritas berasal dari lapangan-lapangan yang sudah menua, yang setelah dieksploitasi selama puluhan tahun, produksinya mengalami penurunan secara alamiah. Hal ini ditambah dengan penurunan harga minyak pada tahun 2014 sebagai akibat dari oversupply komoditas minyak bumi di tingkat global, sehingga investasi dalam bentuk eksplorasi dan eksploitasi migas juga berkurang. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Beberapa strategi telah diidentifikasi untuk memenuhi target tersebut; menahan penurunan produksi dari lapangan-lapangan yang sudah ada, akselerasi pengembangan lapangan, implementasi teknologi enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi untuk menemukan lapangan migas baru. Salah satu kunci untuk mempertahankan keberlangsungan operasi lapangan-lapangan yang sudah menua adalah optimisasi biaya. Berkurangnya pendapatan yang disebabkan oleh penurunan produksi perlu dikompensasi dengan penurunan biaya agar lapangan-lapangan tersebut tetap dapat beroperasi secara ekonomis sehingga dapat mendanai investasi tambahan guna meningkatkan produksi. Hal yang terlihat cukup sederhana ini ternyata memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dimana terdapat paradoks antara menurunnya produksi dan pendapatan dengan meningkatnya kebutuhan operasional untuk menjaga fasilitas produksi yang sudah menua agar dapat dioperasikan secara optimal dan memenuhi standar keselamatan yang berlaku. Ibarat manusia, semakin berumur maka dibutuhkan usaha ekstra untuk menjaga kebugaran, seperti pelaksanaan medical check-up yang lebih rutin dan menyeluruh, konsumsi makanan yang lebih sehat dan jika perlu, ditambah pula dengan konsumsi suplemen.
Tujuh Pilar Optimisasi Biaya untuk Merevitalisasi Industri Migas Indonesia
KONTAN.CO.ID - Henricus Herwin, Eko Yudhi Purwanto, IATMI Kebutuhan energi nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan populasi penduduk. Sementara itu, produksi minyak nasional menunjukkan tren penurunan pada sepuluh tahun terakhir, menurun dari 970 ribu barel minyak per hari di tahun 2010 menjadi sekitar 700 ribu barel minyak per hari di tahun 2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh produksi yang mayoritas berasal dari lapangan-lapangan yang sudah menua, yang setelah dieksploitasi selama puluhan tahun, produksinya mengalami penurunan secara alamiah. Hal ini ditambah dengan penurunan harga minyak pada tahun 2014 sebagai akibat dari oversupply komoditas minyak bumi di tingkat global, sehingga investasi dalam bentuk eksplorasi dan eksploitasi migas juga berkurang. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Beberapa strategi telah diidentifikasi untuk memenuhi target tersebut; menahan penurunan produksi dari lapangan-lapangan yang sudah ada, akselerasi pengembangan lapangan, implementasi teknologi enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi untuk menemukan lapangan migas baru. Salah satu kunci untuk mempertahankan keberlangsungan operasi lapangan-lapangan yang sudah menua adalah optimisasi biaya. Berkurangnya pendapatan yang disebabkan oleh penurunan produksi perlu dikompensasi dengan penurunan biaya agar lapangan-lapangan tersebut tetap dapat beroperasi secara ekonomis sehingga dapat mendanai investasi tambahan guna meningkatkan produksi. Hal yang terlihat cukup sederhana ini ternyata memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dimana terdapat paradoks antara menurunnya produksi dan pendapatan dengan meningkatnya kebutuhan operasional untuk menjaga fasilitas produksi yang sudah menua agar dapat dioperasikan secara optimal dan memenuhi standar keselamatan yang berlaku. Ibarat manusia, semakin berumur maka dibutuhkan usaha ekstra untuk menjaga kebugaran, seperti pelaksanaan medical check-up yang lebih rutin dan menyeluruh, konsumsi makanan yang lebih sehat dan jika perlu, ditambah pula dengan konsumsi suplemen.