KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kegelisahan investor di Amerika Serikat (AS) yang mereda mengembuskan angin sejuk ke bursa saham Indoensia. Kamis, 5 April 2018, kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) naik 26,13 poin menuju angka indeks 6.183,23 (0,42%).

Dan, tentu saja, kenaikan tersebut berjalan seiring dengan LQ45, indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beranggotakan 45 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan terlikuid. Naik 4,80 poin menuju level 1.008,46; indeks LQ45 ditutup menghijau, naik 0,48%.

Menggeliatnya IHSG kemarin tidak mengubah penghuni daftar 10 saham LQ45 dengan nilai PER terkecil sebelumnya. Meski demikian, beberapa saham bertukar urutan akibat perbedaan pergerakan harga masing-masing.

Bumi Resources Tbk (BUMI), Indika Energy Tbk (INDY), dan Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) masih menempati tiga besar saham LQ45 dengan PER positif terkecil secara berurutan. Disusul kemudian oleh SRIL, PTBA, WSKT, ADRO, BBNI, WSBP, dan PTPP.

Hijaunya bursa saham kemarin tercermin dari kenaikan harga sebagian saham penghuni daftar 10 saham LQ45 dengan PER terkecil (5 Aril 2018). Tujuh saham mengalami kenaikan harga! 

Hanya ada satu saham yang hargnya tidak berubah, yaitu Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Adapun dua saham yang justru harganya turun di tengah kegairahan bursa saham kemarin: Adaro Energi (ADRO) dan Bank BNI Tbk (BBNI).

Saham Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) "meloncat" dari posisi kedelapan ke posisi kesembilan karena naik harga 6,7% menjadi Rp 446 per saham. Sebaliknya, saham BBNI bergeser ke posisi delapan dari semula di posisi kesembilan.

Price earning ration (PER) adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham. Penurunan harga saham di bursa secara otomatis akan menurunkan pula nilai PER kalau pada saat yang sama belum terjadi perubahan laba bersih per saham.

Secara umum ada anggapan bahwa semakin kecil angka PER maka semakin murah pula harga saham tersebut dibanding saham-saham lain dalam sektor usaha yang sama.

Meski demikian PER adalah gambaran kinerja di masa lalu. Tidak ada jaminan bahwa PER di masa terdahulu akan mencerminkan kinerja serupa di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana