JAKARTA. Mulai awal Februari ini, saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) resmi masuk indeks LQ45. Ini adalah kelompok efek yang terbilang likuid dan memiliki kinerja keuangan bagus. Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha, memprediksi volume transaksi SIMP bakal naik setelah terdaftar di LQ45. Investor institusi, terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melirik saham ini. Dalam menempatkan dananya di saham, BUMN biasanya punya kriteria ketat, seperti harus saham LQ45 dan berkinerja bagus. Maka itu, "Saham SIMP bisa menjadi incaran BUMN, seperti untuk kebutuhan dana pensiun," ujar Gabriella. Dari sisi fundamental, bisnis SIMP cukup komplet, yakni merambah hulu hingga hilir. Anak usaha Indofood itu menggarap kelapa sawit, mulai dari penanaman, pengolahan hingga menghasilkan minyak goreng. SIMP juga memiliki cadangan lahan cukup luas, yakni mencapai 483.000 hektare. Dari jumlah itu, 150.000 ha belum ditanami.
Analis Mandiri Sekuritas, Hariyanto Wijaya, mengungkapkan ekspansi lahan merupakan kunci di bisnis kelapa sawit. "Lahan baru itu penting untuk menjamin penanaman baru supaya produksi tetap tumbuh," ujar dia. Setiap tahun, SIMP menanam baru di lahan seluas 15.000 ha-20.000 ha. Dari sini, SIMP memproyeksikan pertumbuhan produksi kelapa sawit sebesar 6%-7% per tahun selama 2010 hingga 2013. "Tapi isu penanaman baru, perizinan dengan masyarakat dan regulasi menjadi tantangan SIMP," ujar Gabriella. Pangsa pasar produk jadi SIMP juga cukup tinggi, mengingat sejumlah produknya telah mengakar. Menurut Euromonitor, produk minyak goreng serta margarin SIMP menguasai 46% pangsa pasar Indonesia. Produk unggulan SIMP adalah Bimoli. Hariyanto menilai prospek bisnis minyak sawit masih menarik mengingat kebutuhan yang tinggi. "Mayoritas digunakan untuk konsumsi sehingga permintaan tetap ada, sementara stoknya masih bersaing ketat," ujar dia.