KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan yang moderat masih membayangi kinerja bank-bank KBMI 4, terlebih dari sisi laba bersih yang dibukukan. Namun, secara perlahan, kinerja bank-bank KBMI 4 ini mulai membaik. Adalah, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang masih mampu membukukan laba paling tinggi hingga 12,91% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 41,1 triliun. Sementara, tiga bank lainnya seperti PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) belum mampu mencatatkan pertumbuhan laba hingga 10% sepanjang sembilan bulan di 2024 ini.
Sebaliknya, jika dilihat secara kuartalan, tiga bank ini justru mampu mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih baik, BRI dan Bank Mandiri bisa tumbuh hingga 11%. Sementara, BCA malah tumbuh melambat hanya sekitar 1,4% secara kuartalan (QoQ).
Baca Juga: Kredit Korporasi Bank KBMI 4 Tumbuh Double Digit, Siapa Jawaranya? Bank-bank BUMN yang tergabung dalam bank KBMI 4 ini rasa-rasanya telah terbiasa dengan era suku bunga tinggi. Di mana, secara kuartalan, pendapatan bunga bersih mereka telah tumbuh membaik dan menopang kinerja laba mereka. Ambil contoh, BRI yang secara kuartalan mencatat pendapatan bunga bersih 5,4% (QoQ) menjadi Rp 35,65 triliun. BNI pun juga begitu dengan pendapatan bunga bersih secara kuartalan tumbuh 7,1%, kalau secara tahunan masih turun 5,5%. Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan adalah hasil dari fundamental bisnis yang kuat dari BRI. Mengingat, dinamika ekonomi global dan kondisi ekonomi domestik yang masih penuh dengan tantangan. “Capaian tersebut tidak terlepas dari fokus BRI yang secara konsisten memperkuat fundamental kinerja, serta melakukan
strategic response yang tepat dalam menghadapi berbagai dinamika pasar,” ungkap Sunarso, Rabu (30/10). Tak hanya berfokus pada laba, Sunarso juga bilang pihaknya juga menjaga kualitas kredit yang dimiliki. Di mana, rasio
Non Performing Loan (NPL) BRI pada kuartal III-2024 tercatat sebesar 2,90% atau membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 3,07%. Menurutnya, penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis. Menurut Sunarso, BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin. “BRI juga memperkuat tim
recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien,” ujarnya.
Baca Juga: Moncer, Bank Mandiri (BMRI) Catat Laba Bersih Rp 42 Triliun per September 2024 Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengungkapkan pertumbuhan laba Bank Mandiri tak hanya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih. Melainkan, ada juga pendapatan non bunga dan premi bersih mencapai Rp 32,1 triliun atau tumbuh sebesar 10,9% YoY. Hal tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan yang bersifat
recurring dari transaksi keuangan, yakni aplikasi digital Bank Mandiri, Livin’, yang berhasil tumbuh kuat mencapai 25,1% YoY. “Capaian ini tentunya didukung oleh pertumbuhan bisnis yang sejalan dengan peningkatan profitabilitas, serta perbaikan kualitas aset yang berkelanjutan,” ujar Sigit. Sigit pun optimistis bahwa menjelang akhir tahun 2024, Bank Mandiri dapat mempertahankan kinerja yang baik, melanjutkan yang sudah dicatatkan sampai dengan kuartal ketiga ini. Di tambah, Bank Mandiri diharapkan dapat merealisasikan target pertumbuhan kredit sesuai dengan
guidance pada level 16% hingga 18% secara tahunan di akhir tahun 2024. “Kami juga akan terus menjaga profitabilitas tetap stabil di tengah pengetatan likuiditas dan juga kenaikan
cost of fund perbankan,” tambahnya.
Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menumpuk, Ini Penyebabnya Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengungkapkan perbaikan terus dilakukan agar tetap menjaga profitabilitas BNI ke depan. Dalam hal ini, strategi mengelola likuiditas yang dilakukan untuk mengatasi peningkatan
cost of fund. Dalam hal ini, ia menjelaskan BNI memanfaatkan insentif dari Giro Wajib Minimum (GWM) serta fokus pada dana ritel. Menurutnya, strategi pengelolaan likuiditas yang optimal tersebut memungkinkan BNI untuk meningkatkan likuiditas dengan mengurangi dana-dana yang sifatnya dana mahal. “Sehingga NIM kita harapkan ke depan juga masih terjaga di 4,4% secara kuartalan,” ujar Novita, Jumat (25/10). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi