Tumbuhkan ekonomi Indonesia dengan membeli Pesawat



KONTAN.CO.ID - Peran pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati urutan keempat pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini menjadikan pariwisata berpotensi untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, pertumbuhan pariwisata negara masih terhambat kurangnya penerbangan bagi wisatawan, utamanya luar negeri.

"Percuma kita promosi Rp 5 miliar hingga ke negara berpenduduk besar, seperti Tiongkok kemarin, tetapi lagi-lagi masalahnya tidak ada cukup penerbangan dari sana ke Indonesia sehingga wisatawan pun tidak jadi datang ke Indonesia," ujar Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sudrajat pada Senin (14/8) di Hotel Borobudur, Jakarta.

Sudrajat menjelaskan, pariwisata memiliki potensi besar untuk menjadi tumpuan ekonomi, ditambah lagi devisa yang dapat meningkat karena kedatangan wisatawan mancanegara (wisman). Pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor terdepan dalam ekonomi.


Pasalnya, migas yang mungkin masih dominan kini pun harganya mulai turun, mulai muncul alergi polutan, kata Sudrajat. Tak hanya itu, konsumsi batu bara pun diprediksinya akan turun seiring dengan adanya isu climate change dan kemungkinan besar diganti.

"Maka dari itu, pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor terdepan dalam ekonomi negara," tutur Sudrajat.

Ia menjelaskan, untuk menjadi sektor terdepan, Kementerian Pariwisata telah menargetkan 20 juta wisman pada 2019. Sementara, tahun ini, Kemenpar menargetkan 15 juta wisman dan 265 juta wisatawan nusantara.

"Tapi, kembali lagi pada masalah awal, jika ingin wisman meningkat, maka masalah penerbangan harus diselesaikan, bisa dengan membeli pesawat lagi. Jika beli pesawat atau industri pesawat kita lama dan mahal, kita bisa mengajak wisman datang melalui perbatasan Indonesia saja," katanya.

Sudrajat mencontohkan, beberapa jalur perbatasan misalnya Singapura dengan Batam, Malaysia lewat Sabang atau Dumai, dan Sulawesi lewat Mindanao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto