Tumpukan Uang Tunai Warren Buffett Capai Rp 5.167 Triliun, Sinyal bagi Pasar Saham?​



KONTAN.CO.ID - Warren Buffett, melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, kini memiliki cadangan uang tunai dengan rekor tertinggi sebesar US$ 325 miliar atau sektiar Rp 5.167 triliun (kurs Rp 15.900). 

Kondisi ini dianggap sebagian investor sebagai sinyal peringatan, khususnya bagi mereka yang terlalu banyak berinvestasi pada saham. Buffett dan timnya dikenal nyaman menyimpan uang tunai dalam jumlah besar jika peluang di pasar saham terbatas.  

Dalam konteks saat ini, obligasi pemerintah AS (T-Bills) menawarkan hasil yang lebih menarik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menjadi alternatif investasi yang bebas risiko. 


Baca Juga: Uang Tunai Warren Buffett Menumpuk, Bersiap Hadapi Penurunan Besar di Pasar Saham?

Ketika premi risiko ekuitas berada sedikit di bawah rata-rata historis, keputusan untuk mengurangi risiko dengan menyimpan uang tunai mungkin menjadi langkah bijak, meski terkesan membosankan.  

Para pengamat pasar melihat bahwa meskipun indeks S&P 500 mungkin tidak akan mengalami penurunan besar, potensi total pengembaliannya ke depan cenderung lebih rendah. 

Langkah Buffett yang terus menambah cadangan uang tunai ini pun dinilai sebagai tanda kehati-hatian menghadapi potensi perubahan di pasar saham.  

Doug McIntyre, dalam wawancara dengan Lee Jackson, menyoroti bahwa Buffett selama bertahun-tahun telah menunjukkan kemampuan menghindari kejatuhan besar pasar saham.

Buffett kerap mengumpulkan uang tunai sebelum terjadinya penurunan pasar besar dan memanfaatkan peluang membeli saham murah setelahnya.  

Baca Juga: Uang Tunai Warren Buffett Melonjak ke Level Rekor, Pertanda Ekonomi Buruk

David Einhorn, manajer investasi terkemuka, memuji strategi Buffett yang mampu menghindari kerugian besar selama pasar bearish. 

"Menghindari pasar bearish mungkin merupakan alasan yang kurang dihargai atas kesuksesan jangka panjang Buffett," ujar Einhorn seperti dilansir 247wallst.com, Senin (25/11/2024).

Einhorn juga mencatat bahwa meskipun Buffett tidak selalu tepat waktu, ia sering kali berhasil membaca tanda-tanda awal mahalnya pasar saham.  

Editor: Noverius Laoli