JAKARTA. Tahun ini, PT Soechi Lines Tbk bakal mulai fokus untuk memperbesar pada bisnis galangan kapal. Semakin banyaknya kapal yang diwajibkan menggunakan bendera Indonesia akibat dari pemberlakuan asas cabotage menjadi alasan perusahaan masuk ke dalam bisnis tersebut. Selama ini kebanyakan pemilik kapal memperbaiki kapalnya di China dan Singapura. Asas cabotage mewajibkan kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan perusahaan angkutan laut nasional dengan bendera Indonesia serta diawaki awal kapal berkewarganegaraan. Nah, hal inilah yang dianggap sebagai peluang bisnis galangan kapal. Pasalnya, jika pemilik kapal menggunakan jasa reparasi kapal di dalam negeri, pemilik kapal dapat menghemat biaya bahan bakar ke negeri seberang dan biaya lainnya.
"Sebenarnya, selama ini sudah banyak perusahaan kapal yang juga menggeluti bisnis seperti ini. Tapi, mereka hanya melayani kapal-kapal kecil, di bawah 20.000 dead weight ton (dwt). Kami akan melayani kapasitas yang lebih besar," jelas Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan Soechi Paula Marlina kepada KONTAN, (25/1). Emiten dengan kode saham
SOCI di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menargetkan mampu melayani jasa perbaikan kapal berukuran 300.000 dwt. Pasalnya, SOCI memiliki lokasi galangan kapal di Pulau Karimun, Kepulauan Riau, seluas 200 hektar termasuk wilayah perairan yang wilayah perairannya memiliki kedalaman yang layak untuk disinggahi kapal dengan ukuran tersebut. Namun, untuk mencapai angka tersebut, prosesnya akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal, perseroan ingin melayani kapal dengan kapasitas 50.000 dwt terlebih dahulu. Kesiapan infrastrukturnya sudah dimulai tahun ini. Investasi untuk melengkapi kesiapan tersebut sepenuhnya telah dilakukan sepanjang tahun 2014 lalu. "Investasinya sekitar US$ 130 juta, dan kami di-support Bank Mandiri untuk financing -nya," imbuh Paula. Lalu, untuk tahap awal juga, manajemen baru akan menggunakan sekitar 30% luas lokasi galangan kapal sebesar 200 hektar tersebut. Jika galangan ini sudah memiliki
cashflow yang stabil, barulah kapasitasnya akan ditingkatkan sehingga perseroan mampu melayani perbaikan kapal dengan ukuran 300.000 dwt. "Mungkin, sekitar empat atau lima tahun ke depan
cashflow dari bisnis galangan kapal bisa stabil," ujar Paula. Sekitar semester II nanti bisnis ini bakal dijalankan perseroan secara efektif. Manajemen berharap, bisnis perbaikan kapal mampu menjadi tambahan pendapatan berulang, bahkan ditargetkan mampu menyumbang sekitar 30% terhadap pendapatan konsolidasi SOCI. Selain masuk bisnis perbaikan kapal, sejatinya SOCI juga memiliki agenda utama lain tahun ini, yakni penambahan tujuh kapal baru. Hanya saja, meningkatnya harga kapal second hand membuat manajemen memfokuskan hasil IPO -nya untuk galangan kapal terlebih dahulu. Menurut Paula, harga kapal bekas saat ini naik 10% hingga 20% jika dibanding tahun lalu. Hal ini membuat manajemen wait and see apakah tetap akan membeli kapal tersebut atau membeli kapal dengan usia yang lebih tua, di atas 15 tahun. Opsi mana yang bakal dipilih, keputusannya bakal ditentukan pada akhir kuartal tahun ini. "Jadi, semester kedua nanti, kami sudah bisa mendatangkan ketujuh kapal yang sudah kami rencanakan sebelumnya karena permintaan jasa angkutnya memang sudah ada," imbuh Paula. Sikap wait and see tersebut juga merupakan efek dari realisasi perolehan dana IPO yang diluar target. Mengingatkan saja, awalnya SOCI berniat melepas 30% sahamnya ke publik dengan harga pelaksanaan Rp 600-Rp 800 per saham sehingga perseroan berpotensi meraup Rp 1,54 triliun-Rp 2,05 triliun. Namun, eksekusinya, SOCI hanya melepas 15% saham dengan harga pelaksanaan Rp 550 per saham. Akibatnya, SOCI hanya memperoleh Rp 582,5 miliar dari perhelatan tersebut. Paula menambahkan, kondisi tersebut memang menjadi kendala, tapi SOCI masih memiliki ruang untuk mencari pinjaman guna merealisasikan pengadaan kapal. Sehingga, nantinya pembelian kapal itu bakal dikombinasikan dari 30% kas internal dan 70% pinjaman perbankan.
"Kami sudah memiliki klien perbankan yang selama ini memang support jika kami memiliki rencana untuk membeli kapal," pungkas Paula. Hingga akhir tahun lalu, SOCI telah mendatangkan dua kapal. Dengan adanya bisnis galangan kapal dan adanya kapal baru, SOCI membidik pertumbuhan pendapatan 30% hingga 40% tahun ini. Untuk catatan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) sebesar 28%-30%. Hingga pertengahan 2014 lalu, pendapatan SOCI sebesar US$ 54,8 juta dan laba bersih sebesar US$ 16,7 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto