Tunda ekspansi, Merpati fokus restrukturisasi



JAKARTA. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) dipastikan tidak akan melakukan ekspansi apapun dalam waktu dekat. Sebab, perseroan masih fokus tahap restrukturisasi oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

"Kami tunda ekspansi, dan harus kontrol untuk restrukturisasi," kata Asep Eka Nugraha, Direktur Utama Merpati, akhir pekan lalu.

Asep mengatakan, saat ini proses restrukturisasi perusahaan masih berjalan. Hingga, melalui tahapan dari perusahaan dapat bertahan hingga kebutuhan nominal perusahaan yang dibutuhkan.


"Langkah restrukturisasinya dimulai, kami akan melakukan pembacaan bisnis perusahaan. Kemudian kita akan menemukan rancangan perencanaan bisnis. Kemudian fokus penerbangan ke Timur, kemudian pada penerbangan dengan pesawat jet," ujarnya.

Namun, Asep optimistis rencana ekspansi perusahaan akan terealisasi pada 2016 sampai 2017. Dengan formulasi yang sudah ditetapkan antara PPA dengan manajemen Merpati. "Harus ekspansi, kalau tidak akan sulit berkompetisi," katanya.

Asep mengaku kondisi internal perusahaan pun saat ini sudah berjalan normal, hubungan industrial perusahaan juga sudah diselesaikan.

"Tadinya ada konflik internal sekarang sudah tenang. Pada dasarnya internal perusahaan sudah tenang, sudah menyatu pada satu visi," katanya.

Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan meminta Pertamina untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Langkah itu untuk menghindari kerugian. "Pemberian utang harus melalui kajian, karena Pertamina merupakan perusahaan," jelasnya.

Pemberian utang, lanjut mantan Direktur Utama PLN itu, harus mempertimbangkan kinerja perusahaan. "Kalau memberi utang jangan kepada perusahaan yang menolak untuk bekerja keras, Pertamina sendiri bekerja keras," tutur Dahlan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan menegaskan perusahaan akan menghentikan distribusi avtur bila Merpati belum mengurangi jumlah utang.

Adapun, utang Merpati kepada Pertamina mencapai Rp 108 miliar yang jatuh tempo pada akhir September. "Jadi ada utang yang tertagih, maka pilihannya hanya dua, mati dua-duanya yaitu Pertamina dan Merpati, atau satu BUMN saja," tambahnya. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan