Tunggu BBM, ekonomi Indonesia dalam status quo



JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Kamis (13/11) memutuskan untuk mempertahankan BI rate atawa suku bunga sebesar 7,5%. Keputusan BI mempertahankan suku bunga salah satunya adalah sebagai langkah kewaspadaan BI bila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko berpendapat, situasi ekonomi Indonesia sekarang ini masih status quo alias tidak ada perubahan signifikan. Hanya saja dalam soal inflasi, BI melihat adanya ekspektasi yang tinggi sehingga perlu dijaga.

Ekspektasi yang tinggi ini sebagai akibat rencana kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM yang ditunda terus menerus akan menimbulkan ekspektasi yang tinggi dan ini akan menjadi masalah.


Dirinya menilai, harga BBM akan naik Rp 2.000/liter tahun ini. Kenaikan inilah yang diantisipasi BI karena akan menyebabkan inflasi hingga akhir tahun sebesar 7%-7,5%. "Kalau naik Rp 2.000/liter, maka BI tidak perlu menaikkan suku bunganya," ujar Prasetyantoko ketika dihubungi KONTAN, Kamis (13/11).

Di sisi lain Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi menilai, akan ada kenaikan suku bunga sebesar 25 bps pada tahun ini. Menurut Eric, kenaikan ini tidak bisa dihindari karena pemerintah akan menaikkan harga BBM yang diperkirakan mencapai Rp 2.500/liter. 

Inflasi yang timbul apabila kenaikan Rp 2.500/liter adalah 8% hingga akhir tahun. Inflasi akibat putaran kedua kenaikan BBM perlu diwaspadai.

Sementara itu dirinya juga memperkirakan suku bunga akan naik lagi pada semester dua tahun depan karena kenaikan suku bunga Amerika. "Kenaikan ini perlu dilakukan untuk menjaga rupiah," papar Eric. Dirinya perkirakan rupiah pada tahun depan akan berada pada level 11.900, sedangkan tahun ini pada akhir tahun berada pada level 12.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa