Tunggu komitmen, minyak terkoreksi



JAKARTA. Penguatan harga minyak ternyata tak berlangsung lama. Sebelumnya harga minyak sempat terangkat karena Gubernur The Federal Reserves (The Fed) menyatakan bank sentral AS akan membeli aset untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Rencana The Fed ini ternyata cuma memberi sentimen sesaat.

Harga minyak pengiriman Oktober 2012, kemarin (17/9) sampai pukul 16.25 WIB berada di US$ 98,65 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di Nymex turun 0,35% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Jumat (14/9), harga minyak jenis ini sempat menyentuh level US$ 100,42 per barel.

Sementara itu, minyak jenis brent pengiriman November di ICE Futures Europe turun 0,23% di US$ 116,69 per barel.


Ibrahim, analis International Futures, pun mengatakan, koreksi harga minyak tersebut menunjukkan euforia stimulus The Fed sudah mulai memudar. "Sekarang saatnya kembali ke fundamental sesungguhnya," kata dia.

Apalagi, menurut Ibrahim, Arab Saudi tetap berkomitmen menjaga harga rendah. Artinya, harga minyak akan sulit melaju ke US$ 100 dan akan stabil di level US$ 99 per barel.

Namun, menurut Ali Khatibi, Gubernur OPEC Iran, seperti dikutip Bloomberg, harga minyak di US$ 100 per barel adalah level keseimbangan yang sangat adil. Apalagi, kenaikan harga minyak sudah bukan lagi ancaman bagi ekonomi dunia.

Christopher Bellew, Senior Broker Bache Jefferies Ltd di London, seperti dikutip Bloomberg, pun memprediksi, harga minyak akan terus menguat. Dia menduga, harga minyak jenis brent akan ke US$ 120 di bulan ini. "Pemulihan di AS sudah berlangsung, tetapi dipercepat dengan quantitative easing ketiga (QE-3)," papar dia.

Analis Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar mengatakan, QE-3 adalah bentuk pencitraan bahwa The Fed mampu menyiapkan dana. Namun, dia memproyeksi harga minyak berpotensi turun. Pasar kini tengah menunggu realisasi komitmen The Fed untuk mengguyurkan dana US$ 40 miliar.

Eropa jadi halangan

Bellew pun menyarankan agar investor berhati-hati. Sebab, masalah di zona euro masih menghadang. "Prospek pemulihan di Eropa Selatan masih jauh," tutur Bellew.

Ibrahim pun mengungkapkan hal yang sama. Koreksi harga minyak yang terjadi karena kondisi ekonomi Eropa yang masih jauh dari positif. "Alarm Bank sentral Eropa (ECB) berbunyi, mengingatkan Spanyol agar mengajukan paket penyelamatan untuk memenuhi syarat program pembelian obligasi dari bank sentral," ujar dia.

Ibrahim pun menambahkan, rilis data ekonomi AS berikutnya akan mempengaruhi harga minyak. Jika ternyata ekonomi AS belum masih jelek, maka harga minyak akan kembali turun.

Menurut Ariana, harga minyak berpotensi koreksi, jika AS dan China kembali menambah persediaan minyak.

Secara teknikal, kata Ibrahim, harga minyak masih akan terus menguat. Itu ditunjukkan indikator bollinger 20 maupun moving average yang hampir 80% di atas bollinger tengah. Artinya, kecenderungan naik cukup besar. Sementara itu, moving average convergence divergence (MACD) masih stagnan 50%. Kondisi ini menunjukkan harga masih belum jelas arahnya. Sementara strength relative index (RSI) 60% arahnya positif dan stochastic 60% arah positif berarti ada kecenderungan untuk naik meskipun sempit.

Proyeksi Ibrahim, harga minyak akan menguat di US$ 97,81 - US$ 102,16 per barel. Sementara itu, Ariana memprediksi, harga minyak berada pada support US$ 92,02 - US$ 97,53 per barel. Sementara level resistance di US$ 104,1 - US$ 119,02 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana