Efek krisis yang terjadi di Turki dan Argentina tak bisa dianggap sebelah mata. Apalagi, saat bersamaan, kita dihadapkan fakta masih berkecambuknya perang dagang antara dua negara besar yakni Amerika Serikat (AS) dan China. Alih-alih ada negosiasi, perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini malah memanas. China memilih melemahkan yuannya untuk dorong ekspor. Adapun AS tetap pada pendirian untuk mengurangi defisit dengan China sebesar US$ 200 miliar dengan kebijakan tarif mulai pekan depan. Seiring dengan itu, ekonomi AS juga menunjukkan pemulihan. Ini ditandai dengan revisi pertumbuhan ekonomi AS kuartal II dari 4,1% menjadi 4, 2%. Dus, kondisi ini membuat ekonomi banyak negara guncang, khususnya emerging market.
Turbulensi ekonomi
Efek krisis yang terjadi di Turki dan Argentina tak bisa dianggap sebelah mata. Apalagi, saat bersamaan, kita dihadapkan fakta masih berkecambuknya perang dagang antara dua negara besar yakni Amerika Serikat (AS) dan China. Alih-alih ada negosiasi, perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini malah memanas. China memilih melemahkan yuannya untuk dorong ekspor. Adapun AS tetap pada pendirian untuk mengurangi defisit dengan China sebesar US$ 200 miliar dengan kebijakan tarif mulai pekan depan. Seiring dengan itu, ekonomi AS juga menunjukkan pemulihan. Ini ditandai dengan revisi pertumbuhan ekonomi AS kuartal II dari 4,1% menjadi 4, 2%. Dus, kondisi ini membuat ekonomi banyak negara guncang, khususnya emerging market.