Turki batasi transaksi swap, lira masih melempem



KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Nilai tukar lira Turki memperpanjang penurunan tajamnya, Senin (13/8), setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dalam kebuntuan diplomasi dengan Amerika Serikat (AS).

Lira melemah ke level terendah sepanjang masa terhadap dollar AS yakni di 7,23 per dollar AS pada awal jam perdagangan di Asia, Senin (13/8). Lira sempat menguat lagi setelah otoritas perbankan Turki membatasi transaksi swap pada mata uang lira.

Seperti dilansir Reuters, pengawas perbankan Turki membatasi transaksi swap baik transaksi sport maupun forward dengan investor asing maksimal sebesar 50% dari ekuitas bank.


Sementara iitu, Bloomberg mengutip surat kabar Hurriyet melaporkan, Menteri Keuangan dan Keuangan Berat Albayrak menyebutkan Turki akan mengumumkan langkah-langkah untuk menenangkan pasar pada Senin ini.

Kebijakan itu mungkin akan berdampak memperkuat lira lagi. "Namun, langkah itu belum ada yang menunjukkan bahwa pemerintah, atau bank sentral Turki, siap mengumumkan langkah-langkah kebijakan fiskal atau moneter yang mampu memulihkan kepercayaan di Turki dengan cepat," kata Ray Attrill, Kepala Strategi Valuta Asing National Australia Bank Ltd di Sydney. 

Selama bertahun-tahun, terjadi bias kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Turki. Imbasnya, korporasi Turki dibebani dengan ratusan miliar dollar utang luar negeri, inflasi Turki melejit tinggi dan Turki menjadi salah satu negara dengan defisit neraca transaksi berjalan terbesar di dunia,

Guillaume Tresca, ahli strategi pasar berkembang  di Credit Agricole CIB mengatakan, kenaikan suku bunga saja tidak akan cukup menstabilkan Turki. Turki juga perlu menciptakan kejutan kredibilitas. “Penyeimbangan kembali ekonomi secara menyeluruh diperlukan, dengan tim ekonomi baru dan komitmen nyata terhadap independensi bank sentral," ulasnya seperti dilansir Bloomberg.

Pelemahan lira membuat risiko utang Pemerintah Turki makin meningkat. Imbal hasil surat utang tenor 10 tahun naik ke rekor tertinggi yakni 22,11%. imbasnya, credit default swap (CDS) Turki naik 75 basis poin menjadi 453 basis poin pada Jumat malam waktu New York, level tertinggi sejak Maret 2009.

Krisis keuangan di Turki ini memicu kekhawatiran penularan memicu guncangan melalui pasar keuangan global.

Dalam pidatonya, Minggu (12/8), Presiden Erdogan tetap menantang pasar dan bersumpah tidak akan menyerah dengan menaikkan suku bunga untuk meredam kepanikan pasar.  Dia juga mengesampingkan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Masalah Turki akan terus meningkat selama kebijakan moneter dan fiskal terlalu longgar," tulis ekonom senior Capital Economics, John Higgins dalam catatannya 11 Agustus lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat