Turki Berjanji Bangun Pusat Gas Internasional untuk Memasok Gas Rusia ke Eropa



KONTAN.CO.ID - ANKARA. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Rabu (19/10) mengumumkan akan membangun pusat gas internasional baru yang akan menyalurkan gas Rusia ke Eropa.

Berbicara pada pertemuan faksi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpinnya, Erdogan mengatakan dirinya telah sepakat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk membangun pusat gas di Turki.

"Di Eropa, mereka berjuang tentang bagaimana agar tetap hangat di musim dingin. Kita tidak mengalami itu. Kita sudah sepakat dengan Vladimir Putin untuk membuat pusat gas di negara kita, di mana gas alam dapat dikirim ke Eropa. Dengan demikian Eropa akan memesan gas dari Turki," ungkap Erdogan, seperti dikutip TASS.


Baca Juga: Gazprom Sebut Pernah Ada Peralatan Militer NATO di Sekitar Pipa Gas Nord Stream

Pembangunan jalur gas baru ini pertama kali disinggung oleh Putin saat menghadiri forum Pekan Energi Rusia pekan lalu. 

Putin mengatakan, dirinya telah mengusulkan pembuatan pusat gas terbesar di Eropa di Turki. Pusat ini akan menggantikan Nord Stream yang tidak bisa lagi digunakan.

Saat itu Putin juga menyampaikan kemungkinan pembangunan sistem pipa gas baru jika Turki memang tertarik dengan rencana tersebut.

Pembicaraan terkait pembangunan pusat gas itu akhirnya berlanjut di Astana, Kazakhstan, pada 13 Oktober lalu ketika Erdogan dan Putin bertemu secara langsung.

Baca Juga: Korban Tewas Akibat Ledakan di Tambang Batubara Turki Naik Menjadi 41 Orang

Erdogan menyambut baik rencana Putin dan mengatakan bahwa pusat baru itu harus didirikan secepat mungkin. Lokasi yang ditawarkan Erdogan adalah wilayah Thrace, bagian Turki yang ada di Eropa.

Turki jadi salah satu negara paling aktif yang bekerja untuk memastikan gencatan senjata permanen antara Ukraina dan Rusia.

Sejak awal konflik, Turki aktif menawarkan diri untuk bertindak sebagai penengah dan menjadi tuan rumah pembicaraan damai. 

Secara umum Turki mendukung integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina, tapi juga menentang sanksi internasional yang dirancang untuk mengisolasi Rusia.