Turki dan Rusia menyepakati perjanjian gencatan senjata di wilayah Idlib Suriah



KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Turki dan Rusia menyepakati perjanjian gencatan senjata pada hari Kamis (5/3) di wilayah Idlib Suriah. Kesepakatan itu dikatakan oleh dua pemimpin mereka setelah pembicaraan di Moskow terhadap konflik yang telah menyebabkan hampir satu juta orang terlantar dalam tiga bulan.

Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan ia berharap perjanjian mereka akan menyebabkan penghentian aksi militer di markas besar pemberontak utama Suriah di barat laut negara itu.

Baca Juga: Putin dan Erdogan berunding 6 jam, begini nasib perang Suriah


"Saya menyatakan harapan bahwa perjanjian ini akan berfungsi sebagai dasar yang baik untuk penghentian kegiatan militer di zona de-eskalasi Idlib (dan) menghentikan penderitaan penduduk yang damai dan meningkatnya krisis kemanusiaan," kata Putin dikutip dari Reuters.

Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku pada tengah malam hari Kamis. "Kami akan bekerja sama untuk memasok bantuan bagi Suriah yang membutuhkan," katanya, seraya menambahkan bahwa Turki mempertahankan hak "untuk menanggapi semua serangan rezim (Suriah) di lapangan."

Rusia dan Turki mendukung pihak-pihak yang berselisih dalam konflik sembilan tahun di Suriah, dengan Moskow mendukung Presiden Bashar al-Assad dan Turki mendukung beberapa kelompok pemberontak. Beberapa kesepakatan sebelumnya untuk mengakhiri pertempuran di Idlib telah runtuh.

Serangan terbaru di Idlib oleh pasukan Assad, yang didukung oleh serangan udara Rusia, memicu apa yang dikatakan PBB mungkin merupakan krisis kemanusiaan terburuk dalam perang yang telah mendorong jutaan orang meninggalkan rumah mereka dan menewaskan ratusan ribu orang.

Baca Juga: Persoalan ini menjadi hambatan bagi AS membantu Turki menghadapi Rusia

Namun militer Rusia telah berulang kali mengecilkan pembicaraan tentang krisis pengungsi dan menuduh Turki melanggar hukum internasional dengan menuangkan cukup banyak pasukan ke Idlib untuk membentuk divisi mekanis.

Turki, yang memiliki tentara terbesar kedua dalam aliansi transatlantik NATO, telah menyalurkan pasukan dan peralatan ke wilayah itu dalam beberapa pekan terakhir untuk menahan kemajuan pemerintah Suriah dan mencegah gelombang pengungsi di perbatasan selatannya.

Rusia juga berlomba untuk memperkuat pasukannya di Suriah melalui laut dan udara sebelum pembicaraan Putin-Erdogan. Assad sendiri telah bersumpah untuk merebut kembali "setiap inci" dari wilayah Suriah, tetapi militernya yang habis sangat bergantung pada kekuatan Moskow dan Iran.

Editor: Handoyo .