KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi pembiayaan utang hingga semester I-2023 mencapai Rp 166,5 triliun. Kementerian Keuangan mencatata, realisasi tersebut turun 15,4% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu atawa
year-on-year (YoY). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, menurutnya pembiayaan utang ini lantaran pemerintah tidak banyak menerbitkan surat berharga negara (SBN). “Semester I pembiayaan utang mengalami penurunan 15,4%, atau dalam hal ini kita melakukan penerbitan hanya Rp 157,9 triliun untuk SBN neto,” jelasnya saat melakukan rapat kerja bersama Banggar DPR, Senin (10/7).
Adapun Dia memerinci, hingga periode tersebut realisasi penerbitan SBN mencapai Rp 157,9 trilun, atau mengalami penurunan sebesar 13,6% yoy. Realisasi ini juga telah mencapai 56,49% dari outlook penerbitan SBN yang sebesar Rp 362,9 triliun. Menurut Sri Mulyani, menurunnya penerbitan SBN ditopang oleh defisit tahun ini yang lebih rendah dari perkiraan dan keseimbangan primer.
Baca Juga: Bangun Infrastruktur Jalan, Gedung dan Irigasi, Pemerintah Kucurkan Rp 8,3 Triliun Kemudian, pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman realisasinya telah mencapai Rp 8,6 triliun, menurun 39,5% yoy. Realisasi ini juga telah mencapai 80,18%, dari outlook pinjaman yang meningkat menjadi Rp 43,4 triliun. Sri Mulyani menyampaikan bahwa realisasi pembiayaan utang semester I yang turun tersebut sejalan dengan strategi
backloading untuk menjaga efisiensi biaya utang. Sebagai gambaran, APBN hingga semester I 2023 mencatatkan surplus sebesar Rp152,3 triliun atau setara dengan 0,71% dari PDB. Sementara keseimbangan primer tercatat sebesar Rp 368,2 triliun, naik dari realisasi semester I tahun lalu sebesar Rp 279,0 triliun. Menurutnya keseimbangan primer tersebut menunjukkan performa terbaik dalam 4 tahun terakhir. “Jadi, ini menggambarkan APBN konsolidasi dan kesehatannya mengalami tren yang sangat baik,” kata Sri Mulyani. Sri Mulyani mengatakan, pembiayaan utang tahun ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi kas dan volatilitas pasar keuangan, Kementerian Keuangan menyusun strategi terkait penerbitan SBN. Strategi tersebut mencakup empat poin utama, yakni penyesuaian target lelang SBN, pergeseran penerbitan global bonds, pengoptimalan penerbitan SBN ritel, dan fleksibilitas pinjaman program.
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3% di 2023 Dinilai Terlalu Optimistis Selain itu, pemerintah juga senantiasa mengupayakan kombinasi sumber pembiayaan. Hal itu bertujuan untuk memenuhi target pembiayaan anggaran yang efisien dengan tetap mempertimbangkan risiko. Lebih lanjut, bendahara keuangan negara itu optimistis pembiayaan utang pada 2023 bisa lebih rendah Rp 289,9 triliun dari target APBN yang sebesar Rp 696,3 triliun. Dengan demikian, pembiayaan utang diproyeksi berada di kisaran Rp 406,4 triliun atau 23,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tersebut turun 41,61% dari realisasi tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp 696,0 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari