KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) masih mencatat kinerja terburuk di Asia menjelang akhir semester pertama ini. Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG masih turun 21,95% secara
year to date (ytd) atau sejak awal tahun hingga Kamis (4/6). Meski seluruh bursa saham Asia Tenggara merah, penurunan
IHSG ini paling besar jika dibandingkan dengan lima indeks saham Asia Tenggara. Berikut adalah penurunan indeks saham Asia Tenggara sejak awal tahun:
- FTSE Bursa Malaysia -2,33%
- VN-Index Vietnam -8,02%
- SETi Thailand -11,07%
- Straits Times Singapura -16,23%
- PSEi Filipina -16,61%
- IHSG Indonesia -21,95%
Baca Juga: IHSG turun 0,49% ke 4.916 pada akhir perdagangan Kamis (4/6) Bahkan, penurunan IHSG ini terburuk di antara 13 indeks saham Asia Pasifik. Seluruh bursa saham Asia Pasifik masih merah sejak awal tahun hingga bulan terakhir semester pertama ini. Indeks Kospi Korea Selatan mencatat penurunan paling kecil di tahun ini, yakni hanya 2,12%. Indeks Nikkei 225 di Jepang mengakumulasi penurunan 4,06% sejak awal tahun. Sedangkan indeks Shanghai turun 4,29%. Secara global, IHSG hanya lebih baik ketimbang bursa Kolombia yang turun 30,34%, bursa Uni Emirat Arab yang turun 26,88%, dan bursa Austria dengan penurunan 25,68%. Satu-satunya bursa saham yang naik sejak awal tahun adalah indeks saham Argentina, yakni 5,24%. Tapi ingat, Argentina masih menjalankan kontrol pergerakan mata uang yang ketat di tengah krisis utang dan ekonomi.
Baca Juga: Ini 4 hal yang dapat dilakukan untuk memutus penyebaran corona saat new normal Sejak awal tahun, investor asing masih mencatat
net sell atau jual bersih Rp 7,74 triliun di seluruh pasar saham Indonesia. Meski sejumlah saham bank berkapitalisasi pasar mulai dikoleksi asing belakangan, saham-saham ini masih mencatat
net sell jika dilihat dari awal tahun. Berikut adalah
net sell terbesar asing secara
year to date: - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 4,59 triliun
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 2,89 triliun
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 2,6 triliun
- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Rp 2,13 triliun
- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 1,47 triliun
- PT Astra International Tbk (ASII) Rp 1,26 triliun
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 1,26 triliun
- PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp 943,22 miliar
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 882,75 miliar
- PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Rp 833,85 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati