Turun 4 Hari Berturut-turut, Harga Minyak Diprediksi Kembali Menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia turun dalam empat hari perdagangan terakhir hingga Rabu (17/7). Penurunan tersebut karena kekhawatiran terhadap permintaan dari importir China setelah ekonominya tumbuh melambat. 

Berdasarkan data dari Trading Economics, harga minyak mentah WTI turun 0,22% ke level US$ 80,77 per barel pada Rabu (17/7) pukul 17.10 WIB. Sedangkan harga minyak Brent sudah mulai kembali naik 0,25% ke level US$ 83,93 per barel. 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang membuat harga minyak WTI dan Brent sempat menurun karena penguatan dolar yang terjadi pada Selasa (16/7) sehingga membebani harga komoditas energi, termasuk minyak dunia. 


Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Tengah Penurunan Persediaan AS dan Permintaan yang Melemah

Sutopo mengatakan sentimen lainnya datang dari meningkatnya ekspor minyak mentah Rusia yang juga berdampak negatif terhadap harga minyak dunia.

Dia menyebutkan, ekspor minyak mentah Rusia tercatat hingga 14 Juli naik sebesar 200.000 barel per hari menjadi 2,97 juta barel per hari, menurut data pelacakan kapal yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Kendati begitu, Sutopo memperkirakan bahwa penurunan harga minyak hanya bersifat sementara, dan ke depannya akan lanjut naik didorong oleh antisipasi permintaan bahan bakar yang kuat selama musim panas, terutama di Amerika Serikat, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. 

Dengan begitu, dia memperkirakan harga minyak mentah WTI akan berada di level US$ 85 per barel pada akhir kuartal ketiga ini. Sedangkan pada akhir tahun, dia memperkirakan harganya akan diperdagangkan di level US$ 90 per barel.

Sementara untuk harga minyak brent, Sutopo memprediksi harganya akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 92 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 95 per barel. 

Baca Juga: Saham dan Dolar Menguat Merespons Data Penjualan Ritel AS, Fokus Masih Donald Trump

Selaras dengan hal ini, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa ekonomi China yang lebih lambat memang menekan harga minyak dunia. Selanjutnya, permintaan global yang masih lemah juga membuat harga minyak dunia turun. Namun, hal ini diimbangi oleh pemangkasan produksi OPEC. 

“Data-data ekonomi yang lemah dari AS akhir-akhir ini juga ikut menekan harga. Selain itu produksi yang terus meningkat dari Amerika Utara pun ikut menahan harga,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (17/7). 

Kendati begitu, menurut dia, data-data ekonomi yang lemah tersebut meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed, sehingga efek itu tidak begitu besar. Menurut dia, harga minyak dunia masih akan range bound selagi OPEC masih mempertahankan kebijakan pemangkasan produksi. 

“Maka untuk saat ini dan hingga akhir pekan ini, harga minyak mentah dunia tidak dalam tren penurunan lagi, saya melihat harga akan terus naik berada di level US$ 80-US$ 90 per barel,” kata Lukman. 

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Senin (15/7) Siang: Brent ke US$84,90 dan WTI ke US$82,15

Lebih lanjut, Lukman memprediksi bahwa tren kenaikan harga minyak mentah dunia ini masih akan terus berlangsung, sejauh tidak ada perkembangan baru seperti eskalasi perang, gangguan pasokan, dan faktor non-ekonomi lain. 

Lukman pun memprediksi, harga minyak mentah WTI akan berada di sekitar US$ 83 per barel-US$ 85 per barel pada kuartal ketiga ini. Sedangkan di akhir tahun 2024, dia memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 90 per barel. 

Sementara itu, untuk harga minyak Brent diprediksi harganya akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 90 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 90 per barel-US$ 95 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli