Turun 54,40% ytd, saham ADHI melorot paling dalam di IDX-MES BUMN17



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks di bursa IDX-MES BUMN17 menurun cukup dalam sejak awal tahun. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, indeks ini tertekan 17,02% hingga penutupan perdagangan Jumat (6/8). Penurunan tersebut menjadikan IDX-MES BUMN17 yang terdalam setelah IDX Value 30 yang melorot 17,70% secara year to date (ytd) 

Asal tahu saja, IDX-MES BUMN17 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 17 saham syariah yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan afiliasinya yang memiliki likuiditas baik dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. 

Menurut catatan Kontan.co.id, mayoritas saham dalam jajaran IDX-MES BUMN17 memang melorot dalam, bahkan hingga dua digit. Di antara 17 saham BUMN yang menjadi konstituennya, sebanyak 13 saham menurun antara 21% ytd hingga 54,40% sejak awal tahun. 


Adapun tekanan paling dalam dialami emiten plat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Tercatat pada penutupan perdagangan Jumat (6/8), harga ADHI bertengger di Rp 700 per saham. Rasio free float ADHI juga tercatat paling tinggi di antara konstituen lainnya, yakni 49%. 

Baca Juga: BEI sesuaikan syarat masuk indeks, begini kata analis

Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro mengamati, terhambatnya pengerjaan proyek dan tertekannya capaian proyek baru karena pandemi Covid-19 yang berkepanjangan mengakibatkan ekspektasi pasar menurun. Padahal, emiten-emiten sektor infrastruktur sebenarnya sempat mendapat sentimen positif SWF yang di gadang-gadang dapat menjadi angin segar. 

"Euforia yang besar yang masih dihantui dengan ketakutan Covid-19 yang berkepanjangan, menjadikan ekspektasi investor mulai pudar bersamaan dengan adanya aksi profit taking pada saham sektor infrastruktur," ungkapnya kepada Kontan.co,id, Minggu (8/8). 

Selain itu pandemi yang masih terjadi berkepanjangan berpotensi mendorong pemerintah mengalokasikan APBN infrastruktur untuk sektor yang lebih mendesak, seperti kesehatan dan sosial. 

Dilihat dari performa keuangannya sepanjang semester pertama 2021, sebenarnya kinerja ADHI nampak mulai ada perbaikan. Walaupun ADHI masih mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 19% year on year (yoy) menjadi Rp 4,44 triliun di kuartal II-2020. ADHI mampu mencatatkan pertumbuhan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 19% yoy menjadi Rp 8,20 miliar. 

Baca Juga: Paket stimulus infrastruktur Biden jadi perhatian bagi pergerakan rupiah

Adapun hingga semester pertama 2021, ADHI membukukan kenaikan kontrak baru hingga 45% yoy. Realisasi perolehan kontrak baru tersebut sebesar Rp 6,7 triliun. Nilai kontraknya merupakan gabungan dari seluruh kontrak yang ada dari berbagai lini bisnis, seperti lini bisnis konstruksi berkontribusi 88,83%, energi sebesar 1,71%, properti sebesar 9,03% dan sisanya dari lini bisnis lainnya.

Ke depan, neraca keuangan ADHI masih memungkinkan tersokong jika PT Adhi Commuter Property berhasil menggelar initial public offering (IPO) di kuartal keempat 2021. 

"Dengan hal itu, apabila kita lihat harga ADHI yang sudah terkoreksi cukup dalam, ke depan dengan capaian ini tentu menjadi katalis yang cukup positif bagi ADHI di tengah ketidakpastian pandemi ini," pungkas dia. 

Baca Juga: IHSG diprediksi melanjutkan pelemahan pada Senin (9/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati