KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang secara nasional pada semester pertama 2023 tercatat sebesar Rp 45,99 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah 37% dibanding periode sama tahun 2022 yang jumlah penerbitannya mencapai Rp 72,73 triliun. Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriasih menyampaikan, penerbitan surat utang pada semester pertama tahun ini didominasi oleh perusahaan non-BUMN, yakni sebesar Rp 32,8 triliun atau 71,4% dari total. Sementara itu, penerbitan surat utang dari perusahaan BUMN beserta anak usahanya sebesar Rp 13,1 triliun atau setara 28,6% dari total. Dari segi sektoral, sektor multifinance memberikan porsi terbesar dalam penerbitan surat utang nasional, yakni Rp 15,11 triliun atau setara 32,9%. Disusul sektor telekomunikasi Rp 6,5 triliun (14,1%) dan lembaga keuangan khusus Rp 6 triliun (13%).
Sementara itu, penerbitan surat utang yang diperingkat oleh Pefindo pada semester I 2023 mencapai Rp 31,1 triliun atau sekitar 68% dari penerbitan surat utang nasional. “Perusahaan non-BUMN lebih banyak, yakni Rp 18 triliun atau 58%, sedangkan BUMN beserta anak usahanya Rp 13,1 triliun atau setara 42%,” tutur Niken, Selasa (18/7). Baca Juga: Nilai Penerbitan Obligasi Secara Nasional Turun pada Semester I, Apa Penyebabnya? Lebih lanjut, mandat yang diterima Pefindo per 30 Juni 2023 mencatatkan total rencana penerbitan surat utang sebesar Rp 61,3 triliun yang berasal dari 41 perusahaan. Sebesar Rp 36,6 triliun (23 entitas) merupakan perusahaan non-BUMN, sedangkan Rp 24,7 triliun (18 entitas) merupakan BUMN beserta anak usahanya dan BUMD. Lima sektor dengan rencana nilai penerbitan terbesar adalah sektor pulp and paper Rp 16,6 triliun (3 entitas), perbankan Rp 7,6 triliun (4 entitas), pertambangan Rp 7 triliun (3 entitas), multifinance Rp 5,6 triliun (7 entitas), dan perusahaan induk Rp 3,9 triliun (3 entitas). Menurut Niken, para perusahaan ini berencana menerbitkan surat utang tersebut di semester dua 2023 ataupun tahun berikutnya. Surat utang tersebut paling banyak berbentuk penawaran umum berkelanjutan (PUB) sehingga dapat diterbitkan satu sampai dengan dua tahun ke depan. Baca Juga: Penurunan Inflasi Redakan Tekanan Suku Bunga, Harga Emas Menguat Chief Economist Pefindo Suhindarto melihat, penerbitan surat utang pada semester 2 2023 kemungkinan akan lebih besar. Pasalnya, dari total utang jatuh tempo tahun 2023 yang sebesar Rp 126 triliun, 59% alias Rp 74,8 triliun jatuh tempo pada paruh kedua.