JAKARTA. Harga
crude palm oil (CPO) mencatat penurunan tajam dalam sepekan terakhir. Penurunan harga CPO justru terjadi saat harga komoditas lainnya unjuk gigi. Mengutip data Bloomberg, Senin (5/5) pukul 14.30 WIB, harga CPO untuk kontrak Juli 2014 di Malaysia Derivatives Exchange (MDE) tak bergerak, sejak akhir pekan lalu dan ada di level RM 2.592 per metrik ton. Harga ini turun sebesar 3% selama sepekan terakhir. Zulfirman Basir,
Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures bilang, tekanan harga CPO disebabkan kekhawatiran melemahnya outlook ekspor CPO Malaysia.
Sebab, akhir-akhir ini, mata uang ringgit dan rupiah sama-sama mengalami penguatan. Hal ini bisa mengganggu kinerja ekspor. Per 30 April 2014 misalnya, ekspor CPO naik 1,32% menjadi 1,2 juta metrik ton. Selanjutnya, data ekspor Malaysia periode 1-10 Mei akan dipublikasikan pada akhir pekan ini atau awal pekan depan. “Selain kekhawatiran menurunnya ekspor Malaysia, keraguan juga merebak di pasar lantaran pemerintah Indonesia berencana mengubah struktur pajak ekspor CPO,” jelas Firman. Belum diketahui pasti apakah pajak ekspor ini akan dinaikkan atau diturunkan. Sentimen negatif lainnya masih menghalangi laju CPO. Kali ini datang dari China yang membukukan data manufaktur negatif. Data manufaktur China yang dirilis oleh HSBC Holding Plc and market Economic ini menunjukkan angka 48,1. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi sebesar 48,4. Angka di bawah 50 menandakan bahwa ekonomi mengalami kontraksi. Seperti diketahui, China merupakan importir kedua terbesar CPO. Melemahnya data manufaktur memberikan kekhawatiran berkurangnya permintaan CPO dari China. Serangkaian sentimen negatif tersebut masih akan membayangi pergerakan CPO pada pekan ini. Firman bilang, outlook harga CPO masih sideways. Curah hujan yang cukup di Malaysia saat ini dapat mengerek penambahan stok CPO sehingga menggerus harga. Dian Agustina, analis MNC Securities menuturkan, harga CPO masih melandai dalam jangka pendek. Saat ini, emiten-emiten perkebunan tengah meningkatkan produksi untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau yang diprediksi berlangsung pada pertengahan Mei hingga akhir Mei. Emiten perkebunan juga mengamankan stok dari kekhawatiran Badai El Nino. Akibat peningkatan produksi ini, harga tergelincir.
“Datangnya musim kemarau akan menurunkan produksi. Hal berdampak positif bagi harga CPO. Kemungkinan harga CPO bisa pulih lagi pada kuartal II-2014,” terang Dian. Secara teknikal, lanjut Firman, harga relatif bearish. Hal ini tercermin dari pergerakan harga yang terperangkap diantara moving average 50 dan 200. Indikator lainnya yaitu moving average convergence divergence (MACD) turun di area negatif 19. Relative strength index (RSI) juga bergerak turun dari level 38% menjadi 37%. Sementara stochastic turun dari 37% menuju 26%. Firman menduga, harga CPO sepekan ke depan masih bergerak moderat di kisaran RM2.530-RM 2.655 per metrik ton. Pelaku pasar diminta mewaspadai aksi bargain hunting (beli di saat harga murah) mendekati level RM 2.530 per metrik ton. Sementara Dian memprediksi harga CPO berada pada level RM 2.590-RM 2.630 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri