Turun, harga minyak diperkirakan bergerak sekitar US$ 40 dalam beberapa bulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak belum move on dari sekitar level US$ 40 per barel dalam lebih dari dua pekan terakhir. Peningkatan jumlah kasus positif virus corona dan rencana peningkatan produksi minyak menjadi pemberat harga komoditas energi ini.

Pada Senin (20/7) pukul 7.17 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 40,52 per barel, turun tipis 0,17% dari posisi akhir pekan lalu pada US$ 40,59 per barel.

Sejalan, harga minyak Brent untuk pengiriman September 2020 di ICE Futures berada di US$ 43,03 per barel, turun tipis 0,25% dari US$ 43,14 per barel di akhir pekan lalu. Dalam sepekan, harga minyak Brent dan WTI menguat masing-masing 0,72% dan 1,05%.


Baca Juga: Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Juli 2020 sebesar 0,01% mom

Jumlah kasus virus corona yang meningkat dikhawatirkan bisa menekan permintaan bahan bakar. Padahal negara-negara produsen minyak bersiap meningkatkan produksi.

Permintaan bahan bakar mulai meningkat setelah anjlok sekitar 30% pada bulan April lalu. Pembatasan aktivitas yang terjadi di banyak negara pada bulan tersebut menyebabkan permintaan berkurang. Saat ini, konsumsi bahan bakar masih berada di bawah level sebelum pandemik.

Menurut data Baker Hughes Co, perusahaan-perusahaan energi AS memangkas produksi minyak dan gas. Jumlah rig beroperasi mencapai level terus turun dalam 11 pekan berturut-turut hingga dua pekan lalu.

Sementara pekan lalu OPEC+ menyepakati pelonggaran produksi mulai bulan Agustus. OPEC+ hingga kini masih membatasi produksi sekitar 9,7 juta barel per hari sejak Mei. Angka ini sekitar 10% dari pasokan global.

Tapi mulai Agustus, pemangkasan produksi akan dikurangi menjadi 7,7 juta barel per hari hingga Desember 2020. "Sejumlah investor mengambil untung setelah keputusan OPEC+, tapi penarikan minyak dari penyimpanan di Amerika Serikat (AS) menahan penurunan lebih lanjut," kata Kazuhiko Saito, chief analyst Fujitomi Co kepada Reuters.

Baca Juga: Suplai berkurang, harga CPO mampu menembus RM 2.616 per ton

Data Energy Information Administration AS menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS pekan hingga 11 Juli turun 7,5 juta barel, lebih besar daripada prediksi penurunan 2,1 juta barel.

Rystad Energy memperkirakan bahwa harga minyak akan tetap statis karena kenaikan pasokan minyak mentah akan diimbangi oleh peningkatan pengolahan minyak. "Kami memperkirakan harga akan tetap berada di sekitar sekarang hingga tutup tahun 2020," ungkap Rystad Energy dalam catatan.

Fatih Birol, Executive Director International Energy Agency memperkirakan bahwa harga minyak akan berada di sekitar US$ 40 per barel dalam beberapa bulan ke depan. Pasar mulai seimbang setelah guncangan akibat lockdown virus corona.

Baca Juga: Terdampak corona, kepala SKK Migas sebut industri migas jatuh ke posisi terdalam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati