Turun paling dalam, begini saran analis untuk saham-saham industri dasar dan kimia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 31,25% ke level 4.330,67 per Rabu (18/3). Melihat tiap sektornya, industri dasar dan kimia menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam, yakni 43,53% year to date (ytd).

Indeks tersebut diisi oleh emiten-emiten yang bergerak di industri semen, pakan ternak dan peternakan unggas (poultry), bubur kertas dan kertas (pulp and paper), keramik, porselin, hingga bahan kimia.  

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas berpendapat, indeks industri dasar dan kimia mencatatkan penurunan paling dalam karena sebelumnya, harga saham-saham yang menghuni indeks tersebut sudah tergolong mahal. Misalnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang sepanjang 2019 melesat 226,84% dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) tumbuh 85,27%.


Baca Juga: Turun 43,53% sepanjang 2020, begini kinerja tujuh emiten sektor industri dasar

Untuk ke depannya, Sukarno melihat saham-saham dalam sektor ini juga belum menunjukkan prospek yang menarik. Mengingat, pandemi virus corona di Indonesia semakin meluas, tetapi belum adanya langkah-langkah penanggulangan yang memadai.

"Untuk emiten semen, sentimen negatifnya juga berasal dari tingginya suplai semen yang tidak berbanding dengan permintaan yang ada," ucap Soekarno saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/3). Alhasil, kondisi ini menekan harga jual semen para emiten. Oleh karena itu, Soekarno menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu hingga persebaran virus corona dapat diredam.

Baca Juga: Wall Street merosot, obligasi pemerintah terpukul karena efek stimulus yang memudar

Analis Kresna Sekuritas Timoty Gracianov menambahkan, meluasnya penularan virus corona juga mengancam emiten yang bergerak di bisnis pakan ternak dan peternakan unggas, seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT JAPFA Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). "Walaupun pemerintah telah berhasil menjaga harga ayam dengan melakukan penyesuaian, tetapi investor lebih khawatir ekonomi yang kurang baik akibat virus corona ini dapat menurunkan konsumsi ayam itu sendiri," ungkap Timothy.

Oleh karena itu, menurut dia, penyebaran virus corona harus bisa ditahan dulu agar aktivitas ekonomi bisa berjalan seperti biasa, baik bagi Indonesia maupun mitra dagang internasional. Di sisi lain, Timothy menilai, saat ini valuasi saham-saham poultry tersebut sudah tergolong murah. Oleh karena itu, menurut dia, investor bisa mulai akumulasi beli.

Baca Juga: IHSG turun 2,83% ke 4.330 pada penutupan perdagangan Rabu (18/3)

Dia merekomendasikan investor untuk buy saham CPIN dengan target harga Rp 6.400 per saham. Alasannya, CPIN merupakan pemimpin pasar dan memiliki neraca keuangan yang lebih solid dibanding perusahaan lainnya. "Bahkan tidak tertutup kemungkinan, CPIN bisa akuisisi peternakan-peternakan dengan harga murah dengan uang yang dimilikinya, seperti yang dilakukan pada 2015 dan 2016 ketika industri poultry terperosok," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati