Keahlian membatik sepertinya bukan hal istimewa bagi warga di Kampung Batik Kauman, Pekalongan, Jawa Tengah. Rata-rata warga di pusat produksi batik itu setidaknya tahu dan pernah membuat kain batik. Bahkan, mayoritas pedagang telah memproduksi batik secara turun temurun. Salah satunya, Fathur Rahman. Pemilik Toko Nulaba ini merupakan generasi keempat dari keluarganya yang terjun menjadi pengusaha batik. Anak pertama dari 12 bersaudara ini memulai kiprahnya di bisnis batik sejak 1974. Ia tak sendiri mengelola toko itu, karena enam saudaranya pun membantu, terutama dari segi pemasaran. Fathur bercerita, nenek moyang orang Pekalongan memang pengrajin batik. Kemudian ketrampilan itu diturunkan pada generasi berikutnya. Jadi, walaupun anaknya sudah disekolahkan tinggi, tapi tetap saja mayoritas kembali menjalani usaha batik. “Minat terhadap batik itu sudah ditanamkan sejak dini,” tuturnya.
Turun temurun warga mahir membatik (2)
Keahlian membatik sepertinya bukan hal istimewa bagi warga di Kampung Batik Kauman, Pekalongan, Jawa Tengah. Rata-rata warga di pusat produksi batik itu setidaknya tahu dan pernah membuat kain batik. Bahkan, mayoritas pedagang telah memproduksi batik secara turun temurun. Salah satunya, Fathur Rahman. Pemilik Toko Nulaba ini merupakan generasi keempat dari keluarganya yang terjun menjadi pengusaha batik. Anak pertama dari 12 bersaudara ini memulai kiprahnya di bisnis batik sejak 1974. Ia tak sendiri mengelola toko itu, karena enam saudaranya pun membantu, terutama dari segi pemasaran. Fathur bercerita, nenek moyang orang Pekalongan memang pengrajin batik. Kemudian ketrampilan itu diturunkan pada generasi berikutnya. Jadi, walaupun anaknya sudah disekolahkan tinggi, tapi tetap saja mayoritas kembali menjalani usaha batik. “Minat terhadap batik itu sudah ditanamkan sejak dini,” tuturnya.