KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas melemah pada hari Jumat, terbebani oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat. Meski turun, harga emas menuju kenaikan mingguan kelima berturut-turut. Jumat (20/1) pukul 16.23 WIB, harga emas spot turun tipis ke US$ 1.931,56 per ons troi dari posisi kemarin US$ 1.932,24 per ons troi. Harga emas menguat 0,59% dalam sepekan terakhir. Harga emas kemarin mencapai level tertinggi sejak April 2022. Kenaikan harga emas di minggu kelima disebabkan oleh harapan laju kenaikan suku bunga AS yang lebih lambat.
Sedangkan harga emas kontrak Februari 2023 di Commodity Exchange melanjutkan penguatan 0,37% ke US$ 1.931 per ons troi dari posisi kemarin US$ 1.923,90 per ons troi. Harga emas berjangka ini pun menguat dalam lima pekan beruntun dan mencapai level tertinggi sejak awal Mei 2022.
Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Jumat 20 Januari 2023, Cek Daftarnya di Sini Indeks dolar hari ini naik tipis 0,1%. Penguatan nilai tukar dolar AS membuat emas yang dihargakan dalam greenback lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan Federal Reserve AS akan mengakhiri siklus pengetatannya setelah kenaikan 25 basis poin pada masing-masing dari dua pertemuan kebijakan berikutnya. Pelaku pasar pun memperkirakan bank sentral AS mempertahankan suku bunga stabil setidaknya hingga sisa tahun ini. "Emas sedikit lebih tertekan tetapi masih diperdagangkan mendekati tertinggi baru-baru ini. Tematik kalibrasi kebijakan Fed di tengah tanda-tanda tekanan disinflasi yang lebih mengakar merupakan faktor kunci yang menopang kekuatan emas," kata ahli strategi OCBC FX Christopher Wong kepada
Reuters. Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini (20/1) Naik Lagi, Pembeli Setahun Lalu Rugi 0,32%! Data pada hari Rabu menunjukkan harga produsen AS turun lebih dari yang diharapkan pada bulan Desember. Indeks harga produsen yang lebih rendah menawarkan bukti bahwa inflasi surut dan pada gilirannya, memberikan amunisi untuk bertaruh bahwa Fed dapat memperlambat kenaikan suku bunga.
"Ada kemungkinan emas mencapai US$ 2.000 tahun ini, tetapi untuk itu kita perlu melihat penurunan nada hawkish dari Fed untuk mengkonfirmasi ekspektasi kenaikan suku bunga pasar," kata ahli strategi IG Market Yeap Jun Rong. Suku bunga yang lebih rendah berarti imbal hasil yang lebih rendah pada aset berbunga seperti obligasi pemerintah. Alhasil, ada potensi investor mungkin lebih memilih emas yang tidak memberikan bunga. "Ada sinyal yang menunjukkan AS mungkin menuju resesi, ini akan menguntungkan emas," kata Brian Lan, direktur pelaksana di dealer GoldSilver Central yang berbasis di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati