KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak WTI terkoreksi tipis setelah kemarin menyentuh level US$ 50 per barel. Pagi ini pun, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini masih berada di atas level US$ 50 per barel. Kamis (7/1) pukul 7.30 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2021 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 50,51 per barel. Harga minyak ini turun 0,24% ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 50,63 per barel. Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2021 ditutup pada US$ 54,30 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 1,31% ketimbang harga hari sebelumnya.
Harga kedua kontrak minyak ini kemarin menyentuh level tertinggi sejak Februari 2020. Koreksi yang terjadi hari ini merupakan aksi profit taking. Kerusuhan di Washington mengambil alih berita fundamental yang bullish. Baca Juga: Harga emas rebound setelah kemarin anjlok karena kenaikan yield US Treasury Pendukung Presiden AS Donald Trump mengerumuni Capitol AS pada hari Rabu dan menutupnya. Sementara Wakil Presiden Mike Pence menolak permintaan presiden untuk membatalkan kekalahannya dari Demokrat Joe Biden dan pemimpin Senat Republik mengecam tawaran di Kongres untuk membatalkan hasil pemilihan. Sementara lonjakan harga minyak dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh penurunan stok minyak mentah AS dan rencana pengurangan produksi Saudi. Energy Information Administration melaporkan bahwa stok minyak mentah AS turun tajam sementara persediaan bahan bakar naik. Persediaan minyak mentah turun 8 juta barel dalam sepekan hingga 1 Januari menjadi 485,5 juta barel, melebihi ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel. Penurunan stok minyak mentah terjadi pada akhir tahun, ketika perusahaan energi mengeluarkan barel dari penyimpanan untuk menghindari tagihan pajak yang besar. Direktur energi berjangka Mizuho Bob Yawger di New York mengatakan bahwa konsumsi kilang yang tinggi mungkin berlangsung sementara. "Perusahaan-perusahaan penyulingan telah memproses banyak minyak mentah untuk menghasilkan banyak produk, dan tidak ada permintaan untuk produk tersebut," kata dia. Baca Juga: Wall Street menguat dengan satu kemenangan Demokrat, Dow Jones rekor lagi Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia mengatakan akan menurunkan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Februari dan Maret, setelah pertemuan OPEC+. Dengan infeksi virus corona yang menyebar dengan cepat, produsen waspada terhadap permintaan lebih lanjut. OPEC+ setuju sebagian besar produsen akan mempertahankan produksi stabil pada Februari dan Maret sementara mengizinkan Rusia dan Kazakhstan untuk meningkatkan produksi pada 75.000 barel per hari pada Februari dan 75.000 barel per hari pada Maret.