Turunkan GWM, Bank Indonesia dorong pertumbuhan kredit hingga 12%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) di level 6%. Sementara, suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing berada pada level 5,25% dan 6,75%.

Meski menahan suku bunga acuan, bank sentral memutuskan untuk menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 bps guna memperkuat likuiditas perbankan. Dengan penurunan ini maka rasio GWM bagi bank umum konvensional menjadi 6%, dan bank umum syariah menjadi 4,5%. Dengan GWM rata-rata tetap berada di rasio 3%.

Penurunan rasio GWM disebut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo akan menambah likuiditas perbankan hingga Rp 25 triliun. Penurunan ini sendiri akan mulai berlaku pada 1 Juli 2019 mendatang.


“Melalui penurunan GWM, peningkatan likuiditas akan dirasakan seluruh bank. Meskipun hal tersebut akan tergantung dana pihak ketiga (DPK). Namun, likuiditas setidaknya akan meningkat 0,5% dari DPK,” katanya dalam jumpa, dalam konferensi pers RDG BI, Kamis (20/6).

Tambahan likuiditas Rp 25 triliun dari penurunan GWM ini juga ditambahkan Perry diharapkan dapat menopang pertumbuhan kredit perbankan. Pasalnya pada April lalu pertumbuhan kredit melorot tipis menjadi 11,01% (yoy) dibandingkan posisi Maret 2019 yang tumbuh 11,50% (yoy).

Di sisi lain penghimpunan DPK anjlok lebih dalam, pada April tumbuh 6,6% (yoy), sementara Maret 2019 tumbuh 7,2% (yoy).

“Posisi kecukupan modal perbankan pada April mencapai 22,2%, dan ada indikasi likuiditas akan menurun pada Mei. Sehingga dengan penurunan GWM harapannya pertumbuhan kredit cenderung tumbuh ke batas atas di kisaran 10%-12%, sedangkan DPK tumbuh 8%-10%,” lanjut Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi