Turunkan harga IPO, Cahayasakti raih Rp 62,1 M



JAKARTA. Emiten properti PT Cahayasakti Investindo Sukses menetapkan harga Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 300 per saham. Harga saham ini turun lebih dari separuh harga penawaran awal yang sebesar Rp 650 hingga Rp 960 per saham.

Sementara itu, jumlah saham baru yang diterbitkan tidak berubah, yakni sebanyak 207 juta saham atau 15,84% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Sehingga, perseroan yang tadinya membidik dana maksimal Rp 198,72 miliar, hanya memperoleh dana Rp 62,1 miliar dari hajatan itu.

John Teja Direktur Ciptadana Sekuritas Asia yang bertindak sebagai penjamin pelaksana efek mengatakan, harga yang ditetapkan juga merupakan kesepakatan antara penjamin emisi dengan calon emiten. "Ini hasil bookbuilding. Jumlah saham yang ditawarkan tidak berubah," ujarnya.


Lukas Maulana Jusuf, Direktur Keuangan Cahayasakti mengatakan, meski tidak sesuai target awal, hasil dari IPO itu tidak mengubah porsi penggunaan dana IPO. "Kami juga belum berencana mencari pendanaan eksternal lain setelah IPO," ujar Lukas kepada KONTAN, Selasa (2/5).

Valuasi harga IPO itu dinilai mencerminkan Price Earning Ratio (PER) tahun 2017 sebesar 7 kali.

Anak usaha Olympic Group tersebut akan menggunakan 78% dari dana IPO untuk modal kerja, 10% untuk membayar utang jangka pendek, dan 12% untuk belanja modal.

Ia mengatakan, sebagian besar dana akan digunakan untuk membangun infrastruktur di proyek Olympic City Fase I di Bogor dan membeli alat-alat berat. Olympic City merupakan proyek mixed used yang terdiri dari mall, small office/home office (SOHO), hotel, dan apartemen senilai Rp 4,8 triliun di Bogor.

Fase satu proyek itu ditargetkan tuntas pada tahun 2020 mendatang. Perseroan juga menggarap Olympic Office Block di Kawasan Industri Sentul dan Olympic Residence. Keduanya ditargetkan beroperasi pada 2019 mendatang.

Lukas menjelaskan, karena ekspansi itu, perseroan optimis bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 458 miliar dan laba bersih Rp 60 miliar hingga akhir tahun ini.

Sementara itu, di tahun 2018, pendapatan perseroan diproyeksi mencapai Rp 1,2 triliun dengan laba bersih Rp 155 miliar.

Sebagai perbandingan, hingga Oktober 2016, pendapatan perseroan baru tercatat Rp 53,8 miliar dengan laba Rp 7 miliar. Hingga akhir 2016, pendapatannya mencapai Rp 61 miliar.

Sebagai informasi, Cahayasakti berdiri sejak 1995 dan mengkhususkan usahanya dalam bidang proyek atau kontraktor untuk pekerjaan furnitur custom made untuk interior. Pada 2015, perseroan mengembangkan bisnis ke bidang konstruksi umum.

Sejumlah proyek konstruksi yang telah dibangun diantaranya Hotel Olympic Renotel dan Condotel Olympic. Tahun 2016, perseroan mulai masuk ke bidang properti melalui anak usahanya, PT Olympic Bangun Persada.

Perseroan berharap bisa tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 10 Mei mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie