Turunnya Bunga Acuan Diyakini akan Dongkrak Pertumbuhan Kredit Konsumer



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan alias BI-Rate sebesar 25 basis poin ke level 6% diperkirakan akan mendongkrak kinerja kredit konsumer di sejumlah perbankan dari pembelian properti dan kredit kendaraan bermotor.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) perolehan kredit konsumsi per Juli 2024 capai Rp 2.108,1 triliun, meningkat 10,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Capaian ini meningkat dari bulan Juni 2024 yang tumbuh 10,2% mencapai Rp 2.088,7 triliun. 

Dengan penopang terbesar dari kredit pemilikan rumah yang tumbuh 14,2% per Juli 2024, di susul kredit kendaraan bermotor tumbuh 7,9%, dan kredit multiguna tumbuh 8,7%.


PT Bank Central Asia (BCA) juga mengakui dengan turunnya bunga kredit dapat mendongkrak kinerja kredit konsumer salah satunya properti. BCA pun berkomitmen menumbuhkan sektor properti melalui peningkatan penyaluran KPR.

Baca Juga: Suku Bunga Turun, Kemampuan Cicil Nasabah Berpeluang Membaik

"Dengan melihat membaiknya suku bunga dan kebijakan pemerintah, KPR BCA masih optimis sampai dengan akhir tahun tren permintaan KPR akan semakin meningkat dibandingkan paruh pertama tahun 2024 ini," ungkap Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA, Welly Yandoko kepada kontan.co.id, beberapa waktu lalu. 

Adapun realisasi penyaluran kredit konsumer BCA berhasil menembus Rp210,2 triliun sampai akhir semester I/2024. Realisasi kredit konsumer tersebut tumbuh 13,6% secara yoy.

Peningkatan ini didorong oleh penyaluran KPR yang tumbuh 10,8% yoy mencapai Rp126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4% yoy menjadi Rp62,1 triliun.

Seiring dengan terus membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan didukung dengan kebijakan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan bisnis properti sampai dengan akhir tahun ini, BCA masih optimis untuk melepas kredit KPR lebih besar dari paruh pertama tahun 2024 sehingga dapat mendukung pencapaian target kredit BCA secara korporasi yaitu sebesar 8%-10%.

Di sisi lain, Welly menjelaskan, bunga KPR BCA relatif tidak mengalami perubahan yang berarti sejak kenaikan BI rate dari 3,5% ke 6,25%. Sehingga kata Welly penurunan suku bunga acuan BI saat ini tentunya tidak serta merta akan langsung mendorong penurunan suku bunga pinjaman di KPR BCA. 

"Kami tetap harus memperhitungkan besaran suku bunga tersebut dengan kondisi internal maupun eksternal, seperti kondisi suku bunga di industry KPR serta mempertimbangkan kondisi internal Bank seperti tingkat likuiditas, rasio CASA serta tingkat NPL, dengan demikian kami dapat tetap memberikan suku bunga terbaik bagi Masyarakat," ungkapnya. 

Baca Juga: Mencermati Pemicu Kredit Menganggur Perbankan Terus Menumpuk

Adapun dalam menggenjot tren permintaan KPR, pihaknya menerapkan strategi dengan terus meningkatkan kerja sama dengan rekanan Developer dan Broker yang terpercaya dan mengoptimalkan jaringan Cabang BCA yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain itu, BCA juga mengembangkan digitalisasi secara end to end, sehingga berkembang menjadi channel penjualan digital melalui website rumahsaya.bca.co.id maupun digitalisasi untuk mendukung proses kredit, sehingga dapat memberikan layanan yang cepat dan sesuai dengan kebutuhan nasabah.

PT Bank Mandiri Tbk juga masih melihat potensi pada pertumbuhan kredit konsumsi hingga akhir tahun seiring dengan bunga acuan turun. 

Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman mengatakan, perseroan optimistis dapat mencapai target pertumbuhan kredit di kisaran 16%-18% yoy hingga akhir tahun 2024.

"Berkaca pada kuartal II-2024, Pertumbuhan ini akan didorong oleh peningkatan kredit di berbagai segmen, terutama pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kartu Kredit, dan Kredit berbasis Payroll," ungkap Ali.

Adapun kuartal II 2024 portofolio kredit konsumer Bank Mandiri mencatatkan kinerja yang positif dengan realisasi mencapai Rp 115,89 triliun meningkat sebesar 9,02% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Lebih lanjut Ali mengatakan, dalam menjaga kinerja yang solid dan berkelanjutan, Bank Mandiri tetap fokus pada strategi pendekatan ekosistem dan pemanfaatan sektor-sektor unggulan di masing-masing wilayah operasional. 

"Di samping itu, Bank Mandiri terus berinovasi dan mengoptimalkan ekosistem Bank Mandiri untuk menghadirkan layanan yang menyeluruh sesuai dengan kebutuhan nasabah dan masyarakat," ungkapnya.

Sementara Ramon Armando, Corporate Secretary BTN menyampaikan, pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia menjadi awal yang positif untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan, termasuk BTN yang kreditnya didominasi oleh kredit dan pembiayaan perumahan.

Baca Juga: Berharap Kualitas Kredit Membaik Usai Penurunan Bunga Acuan

Namun, dampak penurunan suku bunga acuan disebut Ramon membutuhkan waktu untuk bisa diteruskan ke market sesuai kondisi likuiditas masing-masing bank.

Lebih lanjut Ramon menjelaskan, perbankan umumnya baru akan menyesuaikan suku bunga kredit ketika bunga simpanan secara industri menunjukkan penurunan. Dengan adanya penurunan bunga acuan oleh bank sentral, tentunya memberikan nafas bagi perbankan untuk bisa menurunkan bunga simpanannya. 

"Selain BI yang telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, bank sentral Amerika Serikat yakni The Fed juga telah memangkas bunga acuannya sebesar 50 basis poin. Dengan begitu, BTN berharap era suku bunga rendah sudah dimulai, dan tentu BTN akan mempertimbangkan penurunan suku bunga jika memang waktunya sudah tepat," ungkap Ramon.

Adapun Penyaluran KPR BTN hingga semester I-2024 mencapai Rp272,7 triliun atau bertumbuh 12,3% year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan KPR BTN diperkirakan akan berada di kisaran yang tidak jauh berbeda dengan pencapaian tersebut.

Di sisi lain, Ramon menyebut, target pertumbuhan kredit BTN tetap dijaga di angka 10%-11% hingga akhir tahun, karena dampak penurunan suku bunga acuan di bank sentral membutuhkan waktu untuk bisa diteruskan ke market.  

Senada, PT Bank Danamon menyampaikan, turunnya suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6% pada umumnya akan mendorong peningkatan permintaan kredit konsumsi, termasuk KPR.

"Masyarakat yang sebelumnya ragu mengajukan KPR karena biaya bunga yang tinggi, kini lebih mungkin untuk melakukannya, terutama di  kalangan kelas menengah yang menjadi segmen utama pembeli rumah," kata Enriko Sutarto, Consumer Lending Business Head, PT Bank Danamon  Indonesia Tbk.

Namun, Enriko bilang, tentunya kebijakan perbankan, tingkat suku bunga, dan faktor ekonomi lainnya juga tetap akan memainkan peran penting dalam menentukan harga properti.

Hingga Semester I-2024, Danamon membukukan kenaikan jumlah pinjaman KPR sebesar lebih dari 33% YoY.  Pertumbuhan bisnis KPR tahun ini diperkirakan akan meningkat pada kisaran 7%-10% hingga akhir tahun.

"Danamon optimistis target ini dapat dapat kami pertahankan dengan stabil sepanjang tahun ini," ucapnya.

Di sisi lain, Enriko menjelaskan, meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuannya, penurunan tersebut tidak langsung berdampak pada penurunan suku bunga pinjaman yang ditawarkan oleh bank kepada masyarakat.

"Dengan menurunnya biaya SRBI, bank memiliki lebih banyak fleksibilitas dan kesempatan untuk menurunkan suku bunga pinjaman. Akan tetapi dengan mempertimbangkan kondisi tingkat suku bunga KPR di pasar yang saat ini sudah dirasakan cukup kompetitif, maka  penurunan suku bunga diproyeksikan tidak dapat terjadi dalam waktu yang singkat," tuturnya.

Dalam menggenjot permintaan KPR di tahun ini, bank Danamon juga akan terus menggarap pasar potensial, baik untuk pangsa pasar utama di kota-kota  besar maupun pasar potensial kedua di kota-kota yang sedang bertumbuh.

Apalagi, Danamon bersama grup perusahaan serta mitra strategisnya sebagai One Financial  Group, memiliki akses terhadap keahlian dan jaringan global MUFG untuk menyediakan solusi keuangan terbaik di bidang real estate, antara lain melalui kemitraan spesial dengan  developer properti Jepang.

"Hal ini tentunya akan terus kami komunikasikan sebagai salah satu  keunggulan kompetitif agar Danamon menjadi penyedia solusi KPR pilihan nasabah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi