KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor swasta semakin tertarik pada rehabilitasi mangrove sebagai upaya kontribusi dalam pengendalian perubahan iklim, khususnya dalam menyerap gas rumah kaca dalam jumlah besar. Hal ini dibahas dalam talkshow bertajuk 'Protecting and Rehabilitating Mangrove With Community Empowerment' di Paviliun Indonesia, Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, pada Minggu, 3 Desember 2023. Pada kesempatan tersebut, CEO Indika Nature, Leonardus Herwindo, turut serta sebagai pembicara, bersama Ketua Komtap Pengendalian DAS, Biosfer, dan Mangrove KADIN, Toddy M Sugoto, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, dan CEO Earth Society, Alejandro Litovsky.
Baca Juga: Langkah MIND ID Dukung Agenda Pemerintah dalam Mengentaskan Kemiskinan Leonardus Herwindo menyatakan kesiapannya untuk berkolaborasi dengan pemerintah dalam rehabilitasi mangrove. Sejak tahun 2010, Indika Group telah menanam sekitar 110.000 batang mangrove di berbagai lokasi di Indonesia. "Mangrove dipandang sebagai solusi berbasis alam (nature-based solution) untuk menghadapi perubahan iklim, karena mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah yang signifikan, bahkan melebihi hutan hujan," ujarnya dalam siaran pers, Senin (4/12). Indika Group telah meluncurkan program IMPACT untuk meningkatkan skala rehabilitasi mangrove hingga 250 ribu hektare pada tahun 2025, yang diperkirakan dapat menyerap karbon hingga 84.562 ton CO2. Kolaborasi dengan masyarakat menjadi fokus utama untuk menjadikan inisiatif ini berkelanjutan di masa depan. Toddy M Sugoto dari KADIN menyatakan bahwa mereka telah membentuk Regeneratif Forest Business Hub untuk mendorong pengelolaan hutan berkelanjutan, termasuk mangrove. Kadin mengajak dunia internasional untuk berkolaborasi dalam rehabilitasi hutan mangrove.
Baca Juga: Kolaborasi Danamon & Adira Finance Dalam Pengembangan Kawasan Mangrove Tanjung Piayu Indonesia memiliki hutan mangrove sekitar 3,3 juta hektare atau sekitar 20% dari total mangrove di dunia. Meski hanya mencakup sekitar 2% dari seluruh kawasan hutan, mangrove Indonesia memberikan kontribusi signifikan dengan menyerap 10% karbon dan menyimpan hingga 3,14 miliar ton CO2. Pemerintah Indonesia, melalui Perpres 120 tahun 2020, menargetkan rehabilitasi mangrove seluas 600 ribu hektare. Toddy menyoroti peluang ekosistem mangrove dengan pendekatan multi-usaha kehutanan, termasuk nilai ekonomi karbon, perikanan berkelanjutan, ekowisata, dan keterlibatan masyarakat.
Alejandro Litovsky menekankan bahwa kolaborasi adalah keharusan mengingat besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk rehabilitasi mangrove. Ia mengapresiasi Indonesia yang membuka peluang kolaborasi untuk tujuan tersebut.
Baca Juga: JALA Raih Pendanaan Seri A US$ 13,1 Juta untuk Perkuat Budidaya Udang Indonesia Sigit Sunarta menyoroti perlunya komitmen politik yang kuat untuk mendukung rehabilitasi mangrove, serta koordinasi dan sinergi di antara seluruh kementerian dan lembaga terkait. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli